PALU- Organisasi kemasyarakatan (Ormas) berbasis keagamaan berkedudukan pusat di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Persaudaraan Indonesia Berdzikir (PIB), bersama Wanita Sholawat Indonesia (Washotia), saat ini sedang bersiap mendeklarasikan Sulteng sebagai Serambi Haramain.
Ketua Panitia pelaksana, Furnaningsih menjelaskan, ada 20 ribu lembar undangan disiapkan panitia untuk diedarkan kepada masyarakat luas se-Sulawesi Tengah. Belum termasuk undangan dikirimkan melalui pesan berantai, WhatsApp atau media sosial lainnya.
“Saat ini sudah ada kurang lebih 7.000 lembar undangan didistribusikan. Insya Allah kita semua diberi kesehatan dan kesempatan untuk hadir nanti,” ujar Furnaningsih dalam rapat persiapan di Aula Kantor Camat Palu Selatan Kota Palu, Sabtu (6/1) sore.
Ia mengatakan, acara tersebut merupakan rangkaian memperingati hari lahir atau Milad Washotia ke-4 tahun, dan Milad PIB ke-12 tahun, digelar pada Ahad, 4 Februari 2024 mendatang.
Tidak hanya deklarasi Sulteng Serambi Haramain (Serambi Mekkah dan Serambi Madinah), dalam acara digelar di Pantai Talise, Jalan Komodo Kota Palu tersebut juga sekaligus menjadi opening area event pantai indah Talise Kota Palu.
Dalam acara tersebut dilantunkan Dzikir dan Sholawat Akbar bersama Al-Habib Abdul Kadir Bin Umar Muladdawelah dari Malang, Jawa Timur, dengan tajuk untuk Indonesia dan Palestina dari Serambi Haramain Sulteng.
Ketua Umum Pengurus Besar Persaudaraan Indonesia Berdzikir (PB-PIB),Muhammad J Wartabone bersama Ketua Umum Washotia, Nilam Sari Lawira, menyatakan keyakinan mendeklarasikan Sulteng Serambi Haramain, sebuah gagasan sudah dipersiapkan sejak beberapa waktu lalu.
“Insya Allah tidak lama lagi Sulteng Serambi Haramain dideklarasikan,” ujar Muhammad.
Penyematan dan deklarasi Serambi Haramain tersebut, menurut Muhammad memiliki alasan mendasar, dibuktikan dari hasil penelitian sejarah dilakukan ahli Sejarah dari Universitas Tadulako (Untad), DR Haliadi Sadi, yang merupakan salah satu dosen sejarah di Untad.
Untuk menunjukkan kesan netralitas, Haliadi menjadi sosok memimpin pembacaan Deklarasi Sulteng Serambi Haramain,nantinya diawali lantunan Sholawat Badar dan diakhiri dengan Dzikir dan Sholawat Akbar.
Berdasarkan hasil penelitiannya agama Islam di Sulteng dibawa oleh seorang ulama bernama Imam Sya’ban, ditandai dengan ditemukannya makam Syekh Imam Syaban dalam nisannya tertulis 168 Hijiriah atau 792 Masehi (abad ke-8), di Desa Lolantang, Kecamatan Bulagi Selatan, Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep).
“Makam tersebut kini telah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya,” katanya.
Setelah Syekh Imam Syaban pada 792 Masehi, masuklah ulama Datu Karama atau Abdullah Raqie pada 1606 Masehi sampai pada Habib Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri atau Guru Tua 1930 Masehi, dan semua tokoh-tokoh ulama dalam rentan waktu tersebut tidak terputus.
Hal tersebut,membuktikan bahwa Islam tertua Nusantara kedua, setelah Sumatera Barat ada di Provinsi Sulteng. Dalam catatan sejarah Sulteng memiliki lebih dari 60 tokoh ulama, juga hampir diseluruh wilayah kabupaten memiliki pejuang merah putih dan kebangsawanan.
Peradaban sejarah ditandai dengan adanya Megalitikum dimiliki Sulteng juga menjadi rujukan. Paling terbaru adalah Sulteng telah dicanangkan sebagai Negeri 1.000 Megalit. Hasil penelitian arkeologi menyebutkan megalit tersebut diperkirakan berasal dari 3.000 tahun Sebelum Masehi dan yang termuda dibuat sekitar 1.300 tahun Sebelum Masehi.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin pun punya andil dalam pencanangan tersebut. Ia secara resmi telah melakukan peluncuran Sulteng sebagai Negeri Seribu Megalit di Swiss-BelHotel Silae Palu pada awal Oktober 2023 lalu.
Reporter: IKRAM
Editor: NANANG