SEORANG petani muda, Larota (31), terlihat berjalan menyusuri kebun jagungnya di Salena, Kelurahan Buluri, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu. Sesekali, Rota—begitu ia akrab disapa—mengusap keringat di keningnya.

Keluh kesah Rota sebagai petani kian hari kian berat, terutama dengan ancaman debu dari aktivitas Galian C di Pesisir Palu-Donggala yang mengancam hasil panennya. “Kalau debu tersebut berkepanjangan, sangat berbahaya. Bukan hanya penyakit yang datang, tetapi gagal panen juga menjadi ancaman di kemudian hari,” ujar Rota pada Senin (25/06).

Rota menegaskan bahwa pemerintah harus bertindak tegas terhadap dampak debu dari pertambangan Galian C tersebut yang mengganggu para petani. “Saya berharap pemerintah memperhatikan kondisi kami saat ini,” ujarnya dengan nada kecewa.

Selain jagung, tanaman kemiri juga terdampak akibat debu tersebut. Menurut Rota, dahulu warga Salena bisa memanen kemiri setiap minggu. Namun, sejak perusahaan pertambangan beroperasi, debu yang beterbangan ke kebun menyebabkan banyak kemiri gagal panen. “Sekarang, kemiri di Salena banyak yang gagal panen,” kata Rota.

Rota berharap ada langkah konkret dari pihak perusahaan dan pemerintah untuk mengatasi masalah debu tersebut. “Kami warga Salena berharap pihak perusahaan mencari solusi yang baik,” tutup Rota.

Reporter : **/IKRAM