PARIMO – Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) perkuat sistem manajemen pengelolaan data stunting dengan menggunakan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Berbasis Gizi Masyarakat (e-PPBGM) sebagai salah satu sistem pengukur prevalensi.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Parimo, Irwan mengatakan, sejauh ini Parimo menjalankan aksi konvergensi ke enam dan tujuh berupa sistem manajemen data serta pengukuran dan publikasi stunting.
“Agar data yang dihasilkan lebih akurat, maka Dinkes melalui puskesmas harus memastikan kegiatan pengukuran tinggi badan dan berat yang dipublikasikan secara optimal,” ungkapnya saat Lokakarya analisis situasi stunting, Senin (24/10).
Ia mengatakan, data-data yang dimuat dalam e-PPBGM akan dipublikasi secara nasional. Sebelum di muat, maka perlu dipastikan penggunaan antropometri atau alat penilaian status gizi anak betul-betul dilakukan berdasarkan ketentuan.
Ia memaparkan, Pemkab Parimo melakukan upaya pencegahan dan pengendalian tengkes sejak tahun 2019 hingga 2022, karena daerah itu masuk sebagai salah satu lokus penanganan tengkes di Sulteng.
Kata dia, hasil intervensi berbagai program selama empat tahun terakhir, pemerintah setempat telah menuntaskan 1.235 orang mengalami stunting.
“Diupayakan tahun 2023 prevalensi stunting dapat ditekan hingga angka 11 persen dilihat dari e-PPBGM, dan di bawah 26 persen dari data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI),” jelasnya.
Ia menambahkan, pihaknya akan melakukan penguatan kepada Bidan terkait penggunaan alat pengukur status gizi anak supaya data dari kegiatan pengukuran dan penimbangan berat badan anak akurat.
“Begitu pun kegiatan intervensi tahun depan, pemerintah setempat menyasar 278 desa, meskipun telah ditunjuk 71 desa sebagai lokus,” pungkasnya.
Reporter : Mawan
Editor : Yamin