PALU – Pengelolaan limbah, terutama limbah bahan berbahaya beracun (B3) yang dilaksanakan oleh PT Citra Palu Minerals (CPM), dinilai cukup baik.
“Dari hasil pengecekan yang kami lakukan, kalau pengelolaan limbah B3-nya sudah tergolong baik,” kata Sekretaris Dinas Lingkungan hidup (DLH) Provinsi Sulawesi Tengah, Wahid Irawan, saat melakukan kunjungan ke PT CPM, di Kelurahan Poboya, Kota Palu, Rabu (19/02).
Kata dia, kunjungan DLH Sulteng ke anak usaha Bumi Resources Minerlas (BRMS) ini sebagai tindaklanjut dari aspirasi masyarakat yang ramai mengkritik potensi dampak lingkungan dari aktivitas tambang yang dilakukan oleh CPM.
Selama pertemuan dengan CPM, pihaknya melakukan pengujian kualitas udara dan air Sungai Pondo yang berada di lingkungan perusahaan.
Menurut Wahid, kadar kualitas udara di area CPM baru bisa diketahui 2 sampai 3 hari ke depan, melalui hasil uji laboratorium.
Selama proses pengecekan, DLH Sulteng belum menemukan dampak signifikan dari aktivitas tambang PT CPM terhadap lingkungan sekitar.
Ia pun meminta CPM rutin melaporkan dokumen pengelolaan lingkungan setiap semester berjalan.
“Dokumen lingkungan untuk semestar II 2024 baru tadi diserahkan, bukan berarti selama ini tidak ada yang dilaporkan. Dalam ketaatan pelaporan sudah bagus, sebelum-sebelumnya sudah dijalankan. Namun idealnya per semester sudah diserahkan,” ujar Wahid.
Sementara itu, GM External Affairs and Security PT CPM, Amran Amier, menyampaikan, CPM sudah memenuhi segala ketentuan dalam regulasi yang tertuang dalam dokumen persetujuan teknis (pertek) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Kata dia, pemantauan udara ambien dan pemantauan emisi semuanya sudah dilakukan dengan pihak laboratorium yang terakreditasi KAN.
“Semua parameter memenuhi baku mutu lingkungan,” ungkapnya.
Amran menambahkan bahwa, alat pendeteksi gas HCN di CPM tergolong canggih dan berkualitas. Merek yang digunakan yaitu OLDHAM dan juga ATI.
Alat ini mempunyai detection limit 4.7 ppm yang dipasang diarea pelarutan sianida. Sampai sejauh ini tidak ada indikasi pembentukan gas HCN dan operator bekerja dengan aman.
“Tim maintenance selalu melakukan kalibrasi dan preventif maintenance agar alat selalu berfungsi dengan baik. Alat deteksi sianida juga dipasang dibeberapa titik lainnya di pabrik pengolahan,” ucap Amran. */RIFAY