PALU – Koalisi organisasi yang terdiri dari Unicef, Yayasan Plan International Indonesia (YPII), Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC), melakukan konsultasi bertajuk “Dengarkan Suara Anak” bersama 244 anak-anak penyintas bencana alam, pecan lalu.
Anak-anak tersebut terdiri 130 anak perempuan dan 114 laki-laki.
Perwakilan koalisi organisasi, Hari Sadewo, mengatakan, suara anak merupakan kunci utama dalam sebuah tahapan proses pembangunan.
“Hal ini menjadi salah satu wujud nyata partisipasi anak,” katanya.
Dia mengatakan, suara anak pun penting didengar untuk bisa menggali apa yang menjadi kebutuhan mereka.
“Konsultasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami kebutuhan, serta masalah mendesak melalui perspektif anak,” katanya.
Nantinya, kata dia, hasil konsultasi dapat menjadi rekomendasi kepada pemerintah dan pelaku respon kemanusian dalam penanganan bencana yang lebih sensitif terhadap kebutuhan anak.
“Anak penyintas harus didengar dan ditindaklanjuti pendapatnya karena memiliki pengalaman dan kebutuhan yang berbeda,” ujar Hari.
Hari menambahkan, dalam konsultasi “Dengarkan Suara Anak”, dilakukan dengan metode pengumpulan data partisipatif dan ramah anak melalui diskusi kelompok terfokus (FGD), semi-structured interview, diskusi kelompok mendalam, transect walk, menggambar, dan bermain peran.
“Melalui metode ini, anak-anak bisa dengan leluasa menyampaikan kebutuhan dan pandangan mereka terhadap penangananan, ” katanya.
Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulteng, Hidayat Lamakarate mengatakan, hal ini sejalan dengan komitmen Standar Kemanusiaan Inti dalam hal Kualitas dan Akuntabilitas (Core Humanitarian Standard, komitmen 3 dan komitmen 4).
“Mendengar suara anak adalah kebutuhan, karena mereka belum terkontaminasi orang dewasa,” jelasnya.
Sehingga kata dia, penting memastikan anak-anak mengekspresikan pandangan mereka untuk didengar dan ditanggapi serius.
Salah satu penyintas, Putri (15), merasa senang sebab bisa berjumpa kembali dengan teman-teman sekolahnya.
Terkait dengan kegiatan penanganan bencana, sedang berlangsung di Pasigala, anak-anak berpendapat bahwa bantuan langsung tunai/voucher bisa menjawab kebutuhan mereka. (IKRAM)