Sementara itu, Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Dr Ratna Dewi Pettalolo, mengatakan, untuk melahirkan seorang pemimpin tentunya harus melalui proses konstitusional, dalam hal ini Pemilihan Umum (Pemilu).
“Dan untuk melahirkan pemimpin ideal seperti pemimpin yang mampu melihat dari balik bukit, tentu sangat ditentukan oleh bagaimana proses melahirkan pemimpin itu sendiri. Tentunya harus melalui pemilu yang bersih, pemilu yang jujur, pemilu yang adil,” terang mantan Anggota Bawaslu RI itu.
Ia juga sepakat bahwa partai politik memiliki peran yang sangat penting dalam melahirkan pemimpin yang ideal. Secara aturan, partai politik menjadi aktor penting dalam memproduksi kepala daerah.
Sayangnya, kata dia, berdasarkan fakta dan terlihat secara kasat mata, saat ini telah terjadi pergeseran fungsi-fungsi partai politik, di mana proses kaderisasi sebagaimana fungsi partai politik tidak berjalan.
“Karena ternyata untuk menjadi kepala daerah itu tidak mudah. Ada proses transaksional antara pihak yang ingin menjadi calon dan partai politik sebagai pengendali utama,” ujarnya.
Menurutnya, fakta inilah yang menjadi salah satu penyumbang utama kenapa proses demokrasi atau pemilu belum bisa melahirkan pemimpin yang berkualitas.
Ie menegaskan, pemimpin yang ideal tidak bisa lahir secara instan, tetapi harus melalui sebuah proses pembelajaran yang cukup panjang dalam rangka pembentukan karakter kepemimpinan seperti yang diharapkan.
“Tapi memang yang disayangkan, faktanya tidak demikian karena memang demokrasi kita ini kan sudah mengarah pada demokrasi kapitalis, semua dinilai dengan uang. Investasi sosial tidak cukup, harus ada investasi uang yang kemudian menjadi salah satu penyebab pemilu banyak melahirkan pemimpin-pemimpin yang tidak berkualitas,” tambahnya.
Ia berharap, pemilu tidak melahirkan politisi, tapi melahirkan negarawan, karena negarawan pastinya akan memikirkan rakyat dan masa depan bangsanya. Beda dengan politisi yang hanya akan memikirkan bagaimana pemilu lima tahun yang akan datang,
“Jadi sejak dilantik sudah ada perencanaan bagaimana memenangkan kontestasi 5 tahun yang akan datang sehingga roda pemerintahan diarahkan bagaimana mempertahankan kekuasaan dan memenangkan kontestasi,” pungkasnya.
Sebagai pemateri terakhir, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Prof Dr Zainal Abidin, menyampaikan bahwa ada semacam keteladanan yang dilihat oleh masyarakat kepada pemimpinnya.
“Jika pemimpinnya tidak bisa memberikan keteladanan yang baik maka itu menjadi pelajaran bagi masyarakat,” katanya. (RIFAY)