PALU – Tiga penggagas berdirinya Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sulawesi Tengah (Sulteng) Natsir Abas, Alimudin Pa’ada, dan Arianto Sangadjisecara simbolis melakukan peletakan batu pertama pembangunan Kantor WALHI Sulteng di Jalan Garuda, Lorong Palapa II, Blok C7, Kota Palu, Rabu (15/10).
Penggagas WALHI Sulteng, Natsir Abas, mengoreksi catatan sejarah mengenai berdirinya WALHI di Sulawesi Tengah. Ia menegaskan, sebenarnya WALHI di daerah ini sudah ada sejak 44 tahun lalu.
“Saya ingat, tahun 1982 WALHI Sulawesi Tengah sudah tercatat dalam SK Pemda sebagai salah satu seksi dalam panitia kegiatan pameran pembangunan,” kata Natsir.
Ia menuturkan, pada waktu itu mereka berhasil mendatangkan Emil Salim untuk meresmikan Himpunan Pencinta Lingkungan Hidup (HPLH) Sulawesi Tengah.
“Itu adalah cikal bakal dari WALHI di Sulawesi Tengah. Saya bahkan pernah membagikan SK Gubernur sebagai bukti bahwa sejak 1981, kegiatan lingkungan sudah aktif dilakukan. Itu menjadi penanda bahwa sejak 9 Desember 1981 sudah ada cikal bakal WALHI di daerah ini,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Daerah WALHI Sulteng, Sunardi Katili, mengatakan bahwa secara historis WALHI Sulawesi Tengah didirikan pada tahun 1992. Artinya, sudah hampir 39 tahun organisasi ini berdiri dan bekerja di wilayah Sulteng.
“Sejak 2021, kami berusaha menjaga kemandirian organisasi, tidak hanya dengan membangun kantor tetapi juga sebagai pusat informasi bagi konsolidasi masyarakat, terutama dalam menghadapi tantangan akibat kehadiran korporasi besar seperti pertambangan, industri besar, dan proyek strategis nasional yang sering menyebabkan kerusakan lingkungan serta mengancam kehidupan masyarakat di sekitarnya,” kata Sunardi.
Ia mencontohkan, di wilayah timur Sulawesi Tengah terdapat beberapa kawasan yang terancam oleh kegiatan industri besar, seperti pertambangan. Selain itu, aktivitas tambang emas di Sigi dan Morowali serta galian C di sekitar Kota Palu juga menambah kompleksitas persoalan lingkungan.
“Isu lingkungan yang terjadi tidak hanya berdampak pada ekosistem, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat, terutama kelompok rentan seperti nelayan, petani, dan buruh,” ujarnya.
Menurutnya, pembangunan kantor baru WALHI ini bukan semata membangun fasilitas fisik, tetapi menjadi simbol kemandirian organisasi yang terus berfungsi sebagai pusat informasi dan konsolidasi untuk mengadvokasi isu-isu lingkungan hidup dan sosial.
“Kami berharap, dengan keberadaan kantor permanen ini, WALHI Sulawesi Tengah dapat terus menjalankan misinya memperjuangkan keadilan ekologis, menjaga lingkungan hidup, dan memastikan keberlanjutan bagi generasi akan datang,” tutupnya.
Dalam kegiatan peletakan batu pertama itu turut hadir 18 lembaga, di antaranya Evergreen Indonesia, Solidaritas Perempuan Palu, JATAM Sulteng, serta 14 anggota individu yang menjadi bagian dari jaringan WALHI Sulteng.