PALU – Pengurus Besar Alkhairat Palu menggelar Pertemuan Tokoh dan Pemuka Agama Nasional dengan tema Massa Depan Demokrasi Dan Nationalisme Dalam Pandangan Umat Islam di Indonesia dalam rangkaian acara Haul Habib Sayid Idrus bin Salim Aljufrie atau Guru Tua yang ke-54 secara daring maupun luring, bertempat di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairat Palu.

Mengawali diskusi, Prof. Rusli Muchtar Azhari menjelaskan bahwa tujuan syariat diturunkan adalah untuk mencapai kemaslahatan, mewujudkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan di kalangan umat Islam. Dan umat manusia seluruhnya dan salah satu juga adalah pembentukan negara.

“Jadi ketika ditanya apa yang menjadi tujuan dari perumusan negara adalah bagaimana negara mampu mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan mampu mewujudkan kemaslahatan bagi rakyat,”ujar Prof. Rusli Muchtar Azhari.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa demokrasi bukan tujuan akan tetapi demokrasi adalah wasilah untuk mencapai tujuan bernegara, yaitu mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan kemaslahatan bagi masyarakat. Jadi apapun wasilahnya, tidak begitu penting, yang penting adalah bagaimana wasilah itu bisa mewujudkan apa yang menjadi tujuan negara

Dalam kesempatan yang sama, KH Abdul Hakim Mahfudz juga menyapaikan bahwa tidak ada yang salah dengan pancasila. Hanya kitalah yang belum mampu mengamalkannya dengan baik. Sebagai santri dan penerus perjuangan KH. Hasyim Asy’ari dan Guru Tua memiliki jiwa nasionalisme, semangat membangun bangsa dan negara adalah satu keharusan.

“Pesantren Tebuireng dan Alkhairat sebagai salah satu pilar pendidikan anak negeri ini harus tetap eksis dalam mengajarkan Islam yang berhaluan ahlussunnah wal jama’ah,” ujarnya.

Sementara itu, Dr. Gani Jumat menjelaskan bahwa di organisasi yang sangat dahsyat itu sebagai sebuah civil society sebagai pilar demokrasi yaitu Alkhairaat, ternyata pendirinya yang memiliki faham agama yang memungkinkan Alkhairat tidak kikuk untuk beradaptasi dengan sistem demokrasi. Di mana ideologi dari aspek theologis menganut faham Asy’ariyah, dari segi fiqih bermazhab Syafi’iyah dan aspek sufisme Alghazali dan dalam thoriqah Alawiyah, sehingga memungkinkan Alkhairat dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan demokrasi.

Sebagai penutup Dr. Ir. Muhammad Nur Sangadji, DEA menambahkan jika ingin demokrasi bisa masuk dengan baik di suatu kaum atau negeri, kita harus menggunakan kaidah secara sosial diterima, secara ekonomi menguntungkan, secara teknik memungkinkan, secara ekologi berkelanjutan, kolaboratif atau kerjasama serta semua orang mengikuti.

Turut hadir dalam kegiatan itu, Sofyan Bachmid Ketua Panitia Haul Guru Tua ke 54, tokoh Pesantren Tebu Ireng sekaligus anggota Komisi Dewan Fatwa MUI Jawa Timur Achmad Roziqi serta Dr. Ir. Kasman Jaya Saad, M.Si bertintak sebagai moderator.

Reporter: Irma