Pasiar Ngata, Sarana Gotong Royong untuk Pendidikan Sigi yang Lebih Baik

oleh -
Esti Damayanti (kiri bawah, pakai rompi) bersama beberapa rekan-rekan PM dan para stakeholder, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Sigi (tengah, atas), saat pembukaan kegiatan. (FOTO: media.alkhairaat.id/Iker)

Matahari telah mengusir kabut di pagi penghujung bulan Juli. Kaki dan tangan yang semalam diserbu dingin Lembah Polerea perlahan hangat.

Senin (31/07), tidak ada upacara bendera di SD Negeri Kilo Desa Polerea II seperti Senin belakangan ini. Lonceng berbunyi, para siswa berbaris di depan rumah dinas sekolah yang juga berfungsi menjadi ruang guru. Mereka mendengar beberapa arahan dari Ibu Orna, guru kelas mereka, juga dari Pengajar Muda, sebelum berjalan kaki ke Gereja BK Polerea II, mengikuti pembukan kegiatan Pasiar Ngata Vol.5.

Pasiar Ngata merupakan salah satu program yang diinisiasi oleh Pengajar Muda (PM) XXIII Indonesia Mengajar (IM) Kabupaten Sigi.

Sesuai dengan namanya, Pasiar (Mengunjungi) dan Ngata (Desa), dalam kegiatan ini PM bekerja sama dengan stakeholder yang ada di Kabupaten Sigi (Pemerintah di tingkat Kabupaten hingga Desa, Komunitas Penggerak, Guru/Sekolah, Tokoh Agama) melakukan kegiatan bersama masyarakat di desa-desa penempatan PM.

Kegiatan Pasiar Ngata telah dilaksanakan sejak Februari 2023 dengan Desa Moa Kec.amatan Kulawi Selatan sebagai tempat pertama berlangsungnya Pasiar Ngata, disusul Desa Sarumana Kecamatan Palolo (April), Desa Mapahi (Juni) dan Desa Peana (Juli) Kecamatan Pipikoro.

Di Desa Polerea II, masih Kecamatan Pipikoro, Pasiar Ngata dilaksanakan selama 3 hari, Senin sampai Rabu (31/07 – 02/08), sekaligus untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke-78.

Karenanya, acara dikemas dengan beberapa lomba yang biasanya selalu menyemarakkan peringatan HUT RI, seperti lomba balap kelereng dan lomba makan kerupuk.

“Dengan mengusung semangat gotong royong dan momentum peringatan HUT RI ke-78, diharapkan kegiatan Pasiar Ngata Vol.5 ini bisa menguatkan semangat kolaborasi antara pemerintah, sekolah, komunitas, serta masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Sigi yang lebih baik lagi,” tutur Esti Damayanti, PM yang bertugas di SDN Kilo.

Ada yang berbeda pada pembukaan acara tersebut, ketika tamu undangan sudah duduk di kursi yang disediakan, pun anak-anak SD, seorang siswa bertugas sebagai dirijen, memimpin lagu Indonesia Raya.

Dari lembah bukit, lagu itu terdengar lebih bermakna, membawa semua orang dengan harapan bahwa Pendidikan di Desa Polerea II dan Polerea khususnya, serta Sigi pada umumnya bisa lebih maju.

Esti, perempuan berkaca mata photochromic itu mengatakan bahwa Pasiar Ngata di desa penempatannya memang dikonsepkan dengan memanfaatkan SDM yang ada di desa, alih-alih menugaskan para PM atau relawan Pasiar Ngata.

Ia melibatkan para pemuda sebagai panitia lokal termasuk mahasiswa dari Perguruan Tinggi Teologi yang sedang KKN di desa tersebut.

“Jadi memang konsepnya adalah potensi yang dimiliki desa. Kami melibatkan para pemuda juga anak-anak. Seperti MC, itu bukan dari PM, atau relawan Pasiar Ngata, tapi dari pemuda Desa, begitu juga dengan dirijen,” terang Esti Damayanti, Jumat (04/08).

Secara umum, kegiatan Pasiar Ngata Vol.5 ini dimaksudkan sebagai sarana penguatan kolaborasi pemerintah, dinas dan instansi terkait, sekolah, komunitas, dan masyarakat di Kabupaten Sigi untuk bergotong royong bersama meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Sigi.

Secara khusus, selain peringatan HUT RI, kegiatan Pasiar Ngata di desa yang abadi dalam lirik lagu Band asal Palu Culture Project itu, diselenggarakan diantaranya untuk terciptanya forum interaksi dan diskusi multi stakeholder untuk membahas tentang situasi, tantangan dan peluang untuk kemajuan pendidikan di Desa Porelea dan Polerea II.

“Menciptakan ruang yang inspiratif dan inklusif di mana anak-anak dan masyarakat bisa berekspresi, aktualisasi diri dan peningkatan kapasitas melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam rangkaian acara Pasiar Ngata Vol.5, dan tentu saja untuk memperkuat jejaring antar pemerintah, Pengajar Muda 23, Penggerak atau komunitas, dan masyarakat yang peduli pendidikan di desa Polerea dan Polerea II,” kata Esti.