PALU- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota  Palu, Sulawesi Tengah, membentuk pengurus di delapan kecamatan dalam rangka memaksimalkan pembinaan umat.

“Pembentukan pengurus MUI tingkat kecamatan ini, tidak hanya untuk melebarkan organisasi, melainkan juga untuk memaksimalkan dakwah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keberagamaan,” ucap Ketua MUI Palu, Prof. Zainal Abidin kepada MAL Online, di Palu, Kamis (30/07).

Zainal berharap, dengan dilantiknya para pengurus tingkat kecamatan itu, dapat menjawab masalah-masalah umat khususnya mengenai keberagamaan.

Mantan Rektor IAIN Palu menambahkan, pengurus MUI notabene merupakan tokoh di masyarakat, sehingga harus mampu memberikan solusi atas masalah keagamaan dan keberagamaan ada di masyarakat.

Apalagi, sebut dia, dengan tumbuh dan berkembangnya faham radikal dan intoleransi, menuntut tokoh-tokoh agama termasuk pengurus MUI untuk memberikan pemahaman keagamaan yang maksimal di masyarakat.

“Kita ketahui bersama bahwa radikalisme dan intoleransi menjadi musuh bersama di negara ini. Maka tokoh-tokoh agama perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya umat Islam, mengenai keagamaan dan keberagamaan harmoni agar tidak terjadi perpecahan di antara kita semua,” ujarnya.

Menurutnya, agama adalah sumber nilai universal bagi penganutnya. Namun, ketika agama diterjemahkan dalam kehidupan sosial dan bersentuhan dengan agama lain, maka dibutuhkan sikap moderat dan toleran guna mewujudkan kehidupan masyarakat yang damai dan harmonis.

Kearifan lokal, sebut dia, meski bersifat terbatas dalam lingkup komunitas lokalnya, tetapi memiliki kemampuan untuk merekatkan perbedaan-perbedaan yang ada, termasuk perbedaan keyakinan yang ada dalam batasan komunitasnya.

“Oleh karena itu, kearifan lokal dapat dijadikan sebagai basis dalam membangun kerukunan umat. Semakin heterogen suatu masyarakat, semakin banyak perbedaan yang muncul,” ujarnya.

Bahkan dalam komunitas agama yang sama, kata dia, juga masih terdapat perbedaan mazhab.

“Dalam mazhab yang sama pun, masih terdapat perbedaan pemikiran dan seterusnya,” pungkas Ketua FKUB Sulteng itu. (IKRAM)