Seorang imam yang telah menguasai seluruh bidang ilmu, orang yang santun dengan tamu dan memiliki lisan yang lancar.
Ini adalah sepenggal syair para sahabat yang disematkan kepada Habib Sayyid Idrus bin Salim (SIS) Aljufri atau Guru Tua. Syair itu adalah pujian para sahabat kepada Guru Tua atas kemuliaan akhlak yang terpancar dari pribadinya, serta kedalaman ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Ia ahli takwa, lentera ilmu yang tak lagi diragukan kedalaman pengetahuan, ketinggian akhlak, juga budi pekertinya.
Ketinggian dan keluasan ilmunya mulai dari ayahnya Alhabib Salim bin Alwi Aljufri, bersambung kepada kakeknya Alhabib Alwi terus kepada Alhabib Segaf Aljufri hingga sampai kepada baginda Rasulullah Saw.
Hingga pada masanya dia meninggalkan warisan paling berharga untuk ummat yang didahuluinya. Warisan itu bernama Alkhairaat yang di dalamnya berisi khazanah bidang keilmuan di semua jenjang.
Madrasah ilmu bernama Alkhairaat itu tidak berdiri begitu saja dengan mudahnya. Ada peluh dari lelah yang mengalir, ada tetesan darah di tapak kaki ketika menjelajah belantara penuh onak dan duri, ada bulir air mata yang menggenang di pelupuknya ketika dihinggapi kesedihan memikirkan ummat yang kala itu belum sepenuhnya “mengenal” Tuhannya.
Tapi lebih dari itu semua, ada sebuah prinsip kuat yang melekat sedari kecil dalam pribadi Habib Idrus sehingga bisa mencapai titik, di mana ummat bisa menikmati dan merasakan kehadiran Alkhairaat saat ini.
Akhlak dan ilmu. Dua hal utama ini yang menjadi pegangan Sang Guru yang kelak diwariskan kepada zuriat dan guru-guru.
Dengan ilmu dan akhlak, manusia akan meraih kemulian. Itu filosofi kuat yang menjadi benteng berkembangnya perguruan ini. Bagi Guru Tua, meninggikan akhlak sangatlah penting.
Prinsip ini kemudian diimplementasikan dalam pola pendidikan yang diusung Alkhairaat. Diawali dengan memperbaiki akhlak para murid, sebelum mengajarkan ilmu. Baginya ilmu akan mudah diperoleh jika akhlak sudah tertata baik.
Apa yang dilakukan Habib Idrus tentu sejalan dengan misi kerasulan (profetisme) yang diemban Rasulullah Muhammad SAW, yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia, sebagaimana juga dicontohkan para ulama salaf dalam menuntut ilmu.
Cukup jelas bahwa Nabi Muhammad diutus di dunia bukan untuk menyempurnakan ilmu atau apapun kecuali hanya untuk menyempurnakan akhlak.
Ini pula yang menjadi kekhasan model pendidikan yang di Alkhairaat. Akhlak menjadi hal utama dalam sebuah pendidikan.
Dari sini pula diyakini, Guru Tua adalah tokoh yang memiliki pandangan untuk membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur dan memiliki ilmu agama yang tinggi, yang pada akhirnya menjadi mulia di sisi Allah SWT.
Ketinggian akhlak yang ditunjukkan Habib Idrus bisa dilihat dari kerendahan hatinya. Ia memiliki kepedulian terhadap permasalahan orang lain, peduli dengan lingkungan dan selalu memberikan motivasi.
Ia selalu memberikan kesempatan kepada guru dan murid-muridnya untuk menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi dan selalu memberikan jalan keluar dari permasalahan tersebut, disertai pemberian nasehat sebagai bentuk motivasi.
Ilmu dan akhlak adalah dua hal yang saling berkelindan. Keduanya harus dimiliki oleh seorang jika ingin hidup lebih baik. Namun demikian dari keduanya, akhlak harus lebih diutamakan ketimbang ilmu.
Sungguh, akhlak lebih penting dari ilmu karena orang yang berilmu belum tentu berakhlak, sementara orang yang berakhlak dapat memahami kondisi dengan orang yang berilmu atau belum.
Kepintaran pun tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab (etika). Ilmu menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak dihiasi akhlak.
Akhlak adalah perilaku atau tindakan seseorang yang mencerminkan kualitas moral dan etika yang baik. Ilmu, di sisi lain, adalah pengetahuan yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman.
Meskipun ilmu memiliki nilai penting dalam kehidupan, namun akhlak lebih utama dari ilmu. Ini karena akhlak yang baik adalah kualitas yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pengetahuan dan keahliannya dengan cara yang positif dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Akhlak yang baik menghasilkan hubungan yang lebih baik. Ketika seseorang memiliki akhlak yang baik, ia akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain dan membangun hubungan yang sehat dengan mereka.
Akhlak yang baik seperti jujur, sabar, rendah hati, dan peduli kepada orang lain dapat membuat orang merasa nyaman dan aman di sekitar kita. Ini juga dapat membantu mengurangi konflik dan meningkatkan kerja sama dalam berbagai situasi.
Akhlak yang baik membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Dalam hidup, kita pun sering dihadapkan dengan situasi yang memerlukan keputusan. Akhlak yang baik membantu kita untuk mempertimbangkan nilai-nilai moral dan etika ketika memilih tindakan yang akan diambil.
Ini membantu kita membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab atas konsekuensinya.
Akhlak yang baik meningkatkan kepercayaan diri. Seseorang dengan akhlak yang baik cenderung memiliki rasa percaya diri yang lebih besar dalam kehidupannya. Ketika kita menghormati orang lain, berbicara jujur, dan bertindak dengan integritas, orang lain akan melihat kita sebagai individu yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri kita dan membantu kita meraih keberhasilan di berbagai bidang kehidupan.
Akhlak yang baik membantu dalam mencapai kebahagiaan. Akhlak yang baik dapat membantu kita mencapai kebahagiaan yang lebih besar. Ketika kita bertindak dengan cara yang benar, kita merasa puas dan bangga dengan diri kita sendiri.
Kita merasa memiliki tujuan hidup yang jelas dan merasa bahagia ketika kita dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Ini dapat membangun kepuasan hidup yang mendalam dan berkelanjutan.
Kini, 55 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 12 Syawal 1389 H, 22 Desember 1969, guru sekaligus pemimpin yang karismatik itu berpulang kehadirat Illahi Rabbi.
Tinggal bagaimana generasi yang ditinggalkan bisa merawat apa yang telah ditinggalkannya. Menjaganya, dengan selalu menapak di titian yang sama dalam mazhab keilmuannya. Tidak melenceng ke hal-hal nyeleneh, apalagi sampai menggembosi madrasah besar ini dengan paham-paham aneh yang tidak dibenarkan agama.
Menjaga Alkhairaat, sama dengan memelihara keutamaan akhlak. *
Rifai (Direktur PT Media Alkhairaat Online)