Ketika membaca kecenderungan Indonesia menjelang satu hari kebangkitan nasionalnya, saya tiba – tiba teringat pada peringatan Allah SWT dalam QS 6:112

“Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap – tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan – syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan – perkataan yang indah – indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan mengerjakannya. Maka tinggalakanlah mereka dan apa yang mereka ada – adakan.”

Peringatan Allah ini, sepertinya hampir (jika tak dapat disebut sudah) mewakili kondisi ummat diindonesia saat ini. Kemunculan agama baru, nabi palsu, serta berbagai gerakan pedangkalan aqidah, nyata sekali hadir sebagai sesuatu yang niscaya. ,. Pertanyaannya kemudian, apakah ini sebuah kecenderungan alami atau terskenariokan secara sistematis.?

Jika menyimak peringatan Allah tersebut diatas nampaknya kecenderungan itu merupakan sebuah skenario. Dimeja kerja saya, ada setumpuk data sebagai penguat kesimpulan ini. Celakanya, reproduksi kemiskinan yang kian membanyak ditambah kecenderungan liberalisasi yang kebablasan semakin member daya hidup pada gerakan – gerakan “pemurtadan” tersebut. Akibatnya, ummat yang tak tahan pada godaan dan tipu daya mereka terlena, tak sadarkan diri dan pada akhirnya terjerembab masuk kedalamnya.

Inilah tantangan dakwah dan problematika ummat islam saat ini. Semakin berat memang, karena itu kehadiran Media Alkhairaat terasa diperlukan untuk mendukung gerakan dakwah islamiah. Sebagai pemimpin umum, saya berharap para Da’I mau memanfaatkan Media Alkhairaat sebagai sarana dakwah. Sementara ummat khususnya warga Abnaul Khairaat, mulai tergerak hatinya menjadikan Media Alkhairaat sebagai salah satu pembawa pesan – pesan dakwah.

Kelangsungan Media Alkhairaat sepenuhnya ditangan para keluarga besar Abnaul, karena itu kita berharap ummat dan keluarga besar Alkhairaat mau memberikan sumbangan berupa pikiran dan mungkin juga dana dalam bentuk berlangganan.

Dalam perannya sebagai media dakwah, tentu saja Media Alkhairaat tidak meninggalkan peran utamanya sebagai media informasi public dan media kontrol sosial yang islami (kritis, dan satun). Media ini harus berani mengungkapkan kebenaran dan menyuarakan keadilan sesuai misinya sebagai “Pengemban Hati Nurani Ummat” tanpa menafikan kaida – kaidah etik jurnalistik.

Dengan semua peran itu, yakni sebagai media informasi public, media kontrol sosial serta media dakwah (pendidikan) paling tidak, Harian Umum Media Alkhairaat harus bisa menjadi “jendela” bagi ummat untuk memandang lingkungan sekitarnya, menjadi “cermin” yang memantulkan realitas sosial ummat secara jernih, menjadi “teropong” yang jeli memantau dinamika kekuasaan dan kecenderungan sosial, menjadi “saringan” untuk menseleksi fakta penting dan menarik, menjadi “kompas” yang mampu membimbing dan menunjukkan arah bagi ummat, menjadi “kamus” untuk menerjemahkan dan menjelaskan setiap peristiwa dan kecenderungan kepada ummat, menjadi “buku” yang menjadi sumber pengetahuan ummat, serta menjadi “toa” yang menyuarakan perasaan ummat.

Wallahul Musta’an, Wasalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.**