Masyarakat Diimbau Waspada Cuaca Ekstrem

oleh -
Ilustrasi cuaca Ekstrem

PALU – Masyarakat Sulawesi Tengah kembali diimbau waspada terhadap berbagai ancaman bencana alam. Itu karena sebagian besar wilayah ini masih dilanda cuaca buruk dalam beberapa hari terakhir.

“Kami harus kembali imbau masyarakat waspada terhadap ancaman banjir dan tanah longsor,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulteng Bartholomeus Tandigala, akhir pekan kemarin.

Dia mengungkapkan beberapa kemungkinan bencana yang mengancam wilayah Sulteng yaitu banjir dan tanah longsor. Ancaman bencana itu diperparah banyaknya masyarakat bermukim di daerah rawan longsor.

“Banyak masyarakat bermukim di daerah rawan longsor makanya harus tetap waspada,” ucap Bartholomeus.

Bartholomeus juga mengingatkan masyarakat yang bermukim dibantaran sungai. Itu karena mengingat curah hujan masih tinggi di beberapa kabupaten/kota se Sulteng.

BACA JUGA :  Pasangan Bersinar Pendaftar Pertama di KPU Parimo

“Seperti Kabupaten Morowali Utara yang dilanda banjir pada Kamis, 20 Juni kemarin,” kata dia.

Sebelumnya akibat guyuran hujan, sejumlah wilayah di Kabupaten Morowali dilanda banjir pada awal Juni 2019. Berdasarkan laporan yang diterima Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulteng, beberapa sungai sempat meluap dengan arus yang cukup deras.

Jumlah pengungsi saat itu dilaporkan mencapai 561 KK atau 2.237 jiwa dari Desa Lele dan Desa Dampala Kecamatan Bahodopi. Dari ribuan jumlah pengungsi tersebut 66 jiwa diantaranya merupakan bayi.

BACA JUGA :  Blusukan di Pasar, Sang Jendral Minta Dijewer Bila Lupa dengan Janjinya

Dampak banjir tersebut tiga jembatan jalan utama penghubung antara Provinsi Sulawesi Tengah dengan Sulawesi Tenggara putus. Ribuan karyawan dan masyarakat yang menggunakan akses/jalan utama tidak bisa beraktifitas. Diperkirakan hal itu menimbulkan kerugian ekonomi mencapai miliaran rupiah setiap harinya.

Masalah lain, kebutuhan pokok tidak bisa dipasok melalui jalan utama yang sudah terputus total. Kondisi ini diperparah dengan puncak musim angin timur yang memicu gelombang tinggi dan angin kecang sepanjang pesisir laut wilayah Morowali yang sangat berisiko.  (YAMIN)