PALU – Dua pengemis berjalan memasuki sebuah bengkel sepeda motor produksi Jepang di Jalan Imam Bonjol, Palu, kemarin siang. Keduanya menyedorkan tangan kepada karyawan di bengkel itu.

Bukan pemberian yang didapat pengemis itu, melainkan “ceramah” singkat dari lelaki tua yang menjadi pramuniaga di bengkel itu. Dia dengan nada sedikit meninggi, mengatakan, “Tadi temannya sudah datang kemari meminta juga”.

Mereka pun bergegas pindah ke toko lain untuk meminta-minta uang kepada orang. Satu dari pengemis itu menutup wajahnya dengan mengunakan kain.

Melihat fenomena itu, salah satu mekanik yang engan dikorankan namanya mengaku pernah melihat pemandangan serupa pada tahun 2003 dan 2006 lalu, di Jalan Moh Yamin. Sejumlah pengemis sedang berkumpul untuk menyetor “hasil” kepada orang yang diduga “bos” mereka.

Dia memastikan, para pengemis yang marak beroperasi saat ini, terorganisir. Para pengemis itu dikumpulkan lalu diatur untuk menjalankan aksinya.

“Tidak mungkin mereka berani turun begitu tanpa ada yang “pegang” dari belakang,” ungkap pria asal Sulawesi Selatan itu.

Apalagi kata dia, saat Bulan Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri tiba, biasanya mereka langsung mendatangi perumahan masayarakat.

“Mereka ada yang atur untuk masuk di wilayah mana. Hasilnya pun kantong-kantong mereka penuh uang. Kira-kira siapa yang kasih makan dan minum mereka kalau bukan bosnya. Mereka tidak akan berani pulang kalau tidak naik mobil truk, kampungnya jauh bila jalan kaki,” jelasnya. (NANANG IP)