PALU – Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah, terkesan tidak terlalu mendapatkan respon yang berlebihan dari kalangan mahasiswa, khususnya di Sulawesi Tengah (Sulteng). Aksi demonstrasi sendiri nampak tidak terlalu menggema seperti biasanya.
Hal ini diakui oleh Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Prof Dr Lukman S Thahir.
“Saya kira kondisi mahasiswa saat ini sedang menghadapi perkuliahan awal, di mana mereka itu semuanya sedang fokus beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Kondisi seperti ini mereka rasakan jauh lebih besar kebutuhannya dibanding dengan isu yang dilempar oleh pemerintah tentang kenaikan harga BBM,” kata Prof Lukman, Senin (05/09).
Menurutnya, pada momentum penerimaan mahasiswa baru (maba), ada tanggung jawab, termasuk dari para senior di kampus untuk mengawal maba.
“Jadi ini merupakan kondisi yang membutuhkan tanggung jawab dari mahasiswa. Di sisi lain, ada situasi yang membutuhkan kepekaan dari mahasiswa untuk merespon naiknya harga BBM,” ujarnya.
Namun ia berharap, meski dalam kondisi seperti ini, daya kritis mahasiswa jangan sampai terhenti karena mereka merupakan bagian dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Saya kira, apapun yang terjadi, diperlukan kepekaan dari mahasiswa, bagaimana mahasiswa tetap berpihak pada kepentingan rakyat. Itu harus tetap ditumbuhsuburkan,” jelasnya.
Namun ia berharap, sikap kritis juga harus diikuti dengan cara yang santun dan tidak mengganggu kepentingan umum.
“Sepanjang itu bisa dijaga oleh mahasiswa maka sikap kritis itu tetap harus menjadi karakter mahasiswa selaku anak bangsa,” ujarnya.
Ia mengakui adanya pemanfaatan kondisi oleh pemerintah dengan menaikkan harga BBM pada momentum penerimaan maba.
Menurutnya, itu adalah strategi yang dilakukan pemerintah, tetapi di sisi lain juga mempertimbangkan realitas sosial.
“Sekarang, hampir semua daerah antrien kendaraan. Ini juga yang membuat orang harus menerima kenyataan daripada antre yang panjang hingga satu dua hari,” jelasnya.
Reporter : Hamid
Editor : Rifay