PALU- Magdalene.co bekerjasama dengan Alainsi Jurnalis Independen (AJI) Palu menggelar Pelatihan Perubahan Naratif Gender di media lewat jurnalisme konstruktif. Kegiatan yang didukung United States Agency for Global Media (USAGM) digelar di Hotel Santika Palu, Jumat (10/2).
Devi Asmarani Editor in Chief Magdalena mengatakan, Meskipun proporsi populasi perempuan dan laki-laki di Indonesia hampir setara, 133,54 juta perempuan dibandingkan 136,66 juta laki-laki, menurut Survei Nasional BPS 2020, namun ketimpangan gender masih menjadi masalah utama di Indonesia. Salah satu manifestasi dari ketidaksetaraan gender adalah partisipasi perempuan dalam angkatan kerja yang masih rendah.
Data BPS menunjukkan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan pada 54,2 persen dibandingkan dengan 83,6 persen laki-laki. Data BPS 2020 juga menunjukkan pendapatan rata-rata perempuan di Indonesia 23% di bawah laki-laki.
Dalam partisipasi politik, representasi yang setara masih jauh dari harapan. Meskipun Undang-Undang Pemilu mengharuskan 30 persen kuota calon legislatif perempuan, angka ini belum pernah tercapai. Saat ini anggota legislatif perempuan di DPR Nasional hanya mencapai 21,39 persen.
“Pembuat keputusan di lembaga-lembaga pemerintahan juga masih didominasi oleh laki-laki. Prevalensi kekerasan berbasis gender adalah salah satu indikator utama status perempuan di Indonesia,” sebutnya.
Setiap tahun, bebernya, Komnas Perempuan mencatat kenaikan angka kekerasan terhadap perempuan, pada tahun 2021 kenaikan bahkan mencapai 50 persen (335,506 kasus) dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, DPR telah mengesahkan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual baru-baru ini, namun kurangnya perspektif korban yang dimiliki oleh aparat penegak hukum terus menjadi tantangan bagi penyintas untuk mendapatkan keadilan. Selain itu juga tantangan bagi negara untuk menciptakan sistem pencegahan yang efektif dan terintegrasi.
Menurutnya, media memiliki peran penting tidak hanya menginformasikan apa yang terjadi dalam masyarakat. Di sini peran media ini sebutnya hanya sebagai berperan “cermin”. Oleh karena itu media juga mesti memiliki peran “membentuk”, yaitu menyorot berbagai praktik dan tradisi yang berbahaya dan merugikan kelompok tertentu.
“Sekaligus mengubah norma untuk berkontribusi pada masyarakat yang lebih baik, lebih adil dan lebih sejahtera,” ujarnya.
Menurutnya, namun dalam hal mendorong tercapainya kesetaraan gender, banyak media di Indonesia, yang belum memiliki perspektif gender yang kuat, yang tercermin dalam liputan yang masih bersifat maskulin, bahkan masih mengobjektifikasi perempuan. Dengan hanya memainkan peran “cermin” dapat menguatkan persepsi usang tentang gender dan norma gender yang menempatkan perempuan dalam posisi lebih rendah, bahkan menormalisasi diskriminasi dan kekerasan berbasis gender.
“Magdalene.co adalah media daring berfokus perempuan yang menawarkan berita dan perspektif dengan perspektif gender. Misi kami adalah mengedukasi dan memberdayakan pembaca kami, dan mendorong terbentuknya masyarakat yang lebih setara lewat jurnalisme berbasis solusi,” ujar Devi.
Dia mengatakan, selama beberapa tahun terakhir Magdalene secara aktif telah memberikan training terhadap jurnalis, jurnalis warga, dan pers mahasiswa tentang perspektif gender dan jurnalis konstruktif.
Reporter: IRMA
Editor: NANANG