KTU Kemenag Sulteng Jadi Keynote Speaker di Seminar dan Bedah Buku Panglima Damai Poso

oleh -
KTU Kanwil Kemenag Sulteng, Makmur Muhammad Arief (kiri), Kamis (31/10) (FOTO : Istimewa)

TOUNA – Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah (KTU Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulteng, Makmur Muhammad Arief menjadi keynote speaker  (pembicara utama) dalam Seminar dan Bedah Buku Panglima Damai Poso.

Seminar itu diinisiasi oleh Yayasan Pendidikan Islam Terpadu Tombo Raya dan Yayasan Wakaf Amanatul Ummah Poso.

“Panglima dalam konteks buku Panglima Damai Poso ini mengarah pada sosok Haji Muhammad Adnan Arsal yang dengan kemampuannya, berusaha maksimal sehingga mampu untuk menjadi teladan dan panutan bagi umat muslim dan masyarakat dalam menyikapi permasalahan kompleks pada saat itu,” terang Makmur, di salah satu hotel di Ampana, Senin (31/10).

Menurut Makmur, tindakan nyata dan strategi yang telah dilakukan oleh Haji Adnan di Poso sudah teruji dalam menangani permasalahan dan konflik.

BACA JUGA :  AKBP Taufik Sugih Adhadi Dilantik sebagai Dirressiber Polda Sulteng

Strategi penanganan konflik yang berhasil dilakukan adalah, dengan dialog dan pendampingan warga. Hal ini merupakan strategi yang telah tepat dilakukan dan sesuai dengan ajaran agama Islam untuk menyelesaikan konflik horizontal dengan damai, sehingga tercipta suasana tenteram, keadaan tidak bermusuhan, dan hidup rukun.

“Haji Adnan juga mencontohkan nilai-nilai karakter, khususnya keberanian dan kedaulatan dalam menyelesaikan konflik Poso, dengan menguatkan narasi perdamaian dan kemanusiaan, meneguhkan pentingnya moderasi dalam beragama dan berkebangsaan agar Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang damai dan sejahtera,” terangnya.

Di hadapan peserta yang terdiri dari berbagai unsur, Makmur mengutip pernyataan Haji Adnan yang menyebut “Semakin luas pengetahuan kita tentang ajaran agama, semakin kita bisa menghargai dan menghormati perbedaan orang lain”.

BACA JUGA :  DPRD Poso Sepakat DOB tapi Tak Ada Kota Madya

“Agama tidak menghendaki kekerasan. Jika agama dipelajari dan dipraktikkan dengan sungguh-sungguh maka pertikaian itu tidak akan terjadi karena semakin luas pengetahuan kita tentang ajaran agama maka semakin bisa kita menghargai dan menghormati perbedaan orang lain,” tuturnya.

Makmur menekankan bahwa penyelesaian konflik yang menggunakan bentuk kekerasan hanya akan menambah penderitaan.

Ia mengatakan, bahwa konflik yang berkepanjangan di Poso menjadi bukti kekerasan tidak menghasilkan apa-apa kecuali kerusakan dan penyesalan yang mendalam.

BACA JUGA :  Logistik Surat Suara Pilkada Sulteng 2024 Tiba di Kantor KPU

“Marilah kita belajar dari pengalaman penyelesaian konflik Poso bahwa semua permasalahan pasti bisa dirundingkan dan ada jalan keluarnya,” ajaknya.

Di akhir paparannya, ia berpesan agar seluruh unsur masyarakat tetap dapat menjaga sinergitas untuk Poso. “Kita sama-sama berharap kondisi yang ada sekarang tetap kondusif. Semua pihak tentu berperan dalam mewujudkan hal ini, dimulai dari sisi internal yaitu diri sendiri dan golongan, sampai dengan eksternal yaitu masyarakat dan seluruh pihak terkait,” tandasnya. (YAMIN)