Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Laailaha ila-LLah, huwallahu akbar, Allahuakbar walillah ilhamd. Begitu suara batakbir warga-warga Palestina waktu diumumkan so akan genjatan senjata.

Dorang batakbir begitu karena merasa senang, akhirnya setelah bajalani perang selama 15 bulan, serangan besar dari Israel mbongo so berhenti. Tapi lebih dari itu dorang juga senang sekali, soalnya ada perasaan dorang menang. Karena dalam perang itu, bukan siapa paling banyak babunuh tapi paling lama bertahan.

Dari perjuangan warga Palestina sama kelompok perlawanan, Kaka Ibelo baajak kita untuk belajar dari dorang. Banyak yang bilang kalo genjatan senjata karena krisis di Israel ato desakan dari Presiden Amerika yang dulu Joe Biden ato yang sekarang Donald Trump. Ada juga yang bilang karena desakan politik pihak otoritas Palestina, ato dari PBB.

Tapi yang kita tidak bisa abaikan itu. Kemenangan itu karena kekuatan warga dan pejuang Palestina itu sendiri. Kita bisa liyat Izzudin Alqasam te pernah menyerah. Walo tidak ada pangkat bertingkat-tingkat, teada akademi militernya, teada lencana ato medali,  tapi dorang bisa dibilang jenderal sebetulnya. Rapi dan terorganisir dengan baek. Kenapa bisa kelompok bersenjata kecil begitu, bikin tentara musuh kewalahan. Bayangkan hanya kelompok perlawan bersenjata melawan militer termaju di dunia, Israel didukung sama Amerika Serikat. Mana mungkin kelompok kecil begitu bisa bertahan, kalo bukan dari tekad yang kuat, makanya musuh frustasi sendiri.

Dari Gaza juga kita bisa liyat, kalo pejuangnya berjuang untuk rakyatnya, maka rakyat akan tetap mendukung dorang dengan sepenuhnya. Tidak ada satupun kata-kata dari orang Gaza yang bilang, Hamas, Izzudin Alqasam, Kelompok Jihad Islam itu bikin dorang susah, justru dorang bangga. Padahal sudah berapa juta orang meninggal gara-gara dibom Israel dengan alasan bacari kelompok-kelompok ini.

Dari Gaza kita juga belajar dengan masyarakatnya. Walopun genjata senjata baru berlaku hari Minggu kemarin, dorang hari-hari sebelumnya so berani keluar camp, bakonvoi barayakan. Tidak ada takut-takutnya.  Padahal tidak ada genosida paling mengerikan selain genosida di Palestina sekarang, bayangkan so 45 ribu lebih orang syahid dibom Israel.

Walo Gaza so hancur, dorang juga tidak mau keluar dari negaranya atau pindah ke negara lain. Bagi dorang lebih bae mati di negeri sendiri daripada harus mennyerahkan tanahnya ke Israel. Sudah kayak di Indonesia sendiri, Merdeka ato Mati. Ato kalo kita orang Kaili bilang, “Malei raa mabubu, Mabula buku ratimbe, kana kupomate ngataku” (Merah darah yang tumpah, putih tulang yang ditebas, saya akan tetap mati di kampungku).

Dari Palestina kita belajar, dorang adalah pejuang sejati, warga nasionalis sejati. Dorang cinta juga sama negara-negara yang mencintai kemerdekaan Palestina. Masih ingat kalo setiap tanggal 17 Agustus Warga Gaza juga barayakannya. Dorang berterimakasih dengan Indonesia, karena Indonesia jadi negara terbesar badukung perjuangannya. Masih ingat waktu Kota Palu, Donggala dan Sigi kena bencana, bantuan luar biasa juga dari Palestina walo dorang sendiri masih dalam penderitaan. Banyak yang sebenarnya yang kita bisa pelajari di sifat-sifatnya dorang yang kuat itu.

Intinya sekarang ini mari kita dukung negaranya dorang. Dengan apapun kau pe dukungan. Doakan terus, boikot terus produk Israel, tidak boleh kendur karena perjuangannya dorang belum selesai. Masih panjang! Mari doakan Israel dilaknat Allah! Amin!