3. Keraton Banggai

Keraton Banggai, mustahil para pelancong tidak melihat bangunan lama dan mencolok di tengah kota. Bahkan dari laut pun -dekat bak-bak truk kontainer- bangunan keraton sudah terlihat karena terletak satu garis lurus selain sedikit dihalangi oleh gedung Ali Hamid.

Pintu gerbang keraton terbuka untuk siapa pun. Ketika saya datang bahkan tidak terkunci. Hanya saja untuk masuk dan melihat-lihat barang-barang peninggalan masa lampau dan silisah Tomundo di dalam keraton, kita mesti berpamitan dengan penjaga keraton yang tinggal di rumah bagian belakang keraton. Atau bisa juga terhubung dengan Sekretaris Tomundo, Syarif Uda’a yang tinggal tepat di bawah keraton.
Makam Raja Banggai

4. Makam Raja Banggai

Terakhir, Makam Raja Banggai. Ada dua Tomundo (raja) yang dimakamkan di makam ini, Tomundo pertama Maulana Prins Mandapar, dan Tomundo terakhir Iskandar Zaman.

Kita bisa berjalan kaki dari keraton atau naik kendaraan umum, ojek atau bentor. Jaraknya sangat dekat dari keraton, 550 meter ke arah pasar baru, atau 6 menit berjalan kaki, tepat di depan kantor kelurahan Lompio.

Makam Raja Banggai di Mampaliasan. (FOTO: media.alkhairaat.id/Iker)

Keraton Banggai dan Makam Raja Banggai adalah 2 dari 6 cagar budaya yang dimiliki Banggai Laut berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM11/PW007/MKP 03.

Cagar budaya lainnya adalah Makam Tandualang atau Makam Tengku Alam, Bekas benteng Portugis di Lonas Pante, bekas Benteng Tradisional di Desa Tolokibit , dan Gedung Mulo SMP Negeri 1 Banggai yang telah menjadi ruang kelas.

Mengunjungi tempat-tempat tersebut, ada baiknya kita terhubung dengan para penjaga keramat atau perangkat adat, atau kawan yang tahu letak lokasi dan sejarah secara singkat, karena para penjaga, termasuk pemegang kunci tidak tiap hari menetap di kamali atau lokasi wisata tersebut karena memiliki aktivitas lain.

Reporter : Iker
Editor : Rifay