PALU – Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Wilayah Sulawesi Tengah, Sudarsono menyampaikan kisah perjuangan Tadulako sebagaimana diceritakan dalam buku karya Jurnalis Media Alkhairaat Jamrin Abu Bakar, yang berjudul “Matinya Sang Tadulako”.
Dalam buku itu kata Sudarsono, Tadulako adalah gelar panglima perang yang berani menantang suku-suku dari Tanah Lore Selatan. Kegagahannya mengalahkan semua musuh. Tapi setelah peperangan, Tadulako lalu menyambung tali persaudaraan dengan musuh-musuhnya.
Sudarsono lalu mengambil pelajaran, bahwa saat ini KAMMI harus melahirkan Tadulako-Tadulako muda. “Musuh Tadulako Zaman Now bukan lagi suku-suku yang lain, tapi musuh abadi kita adalah kerusakan moral,” kata dia pada saat menyampaikan sambutannya, pada Pembukaan Training Leadership organisasi tersebut, Sabtu (30/12).
Selain itu dia menyampaikan, di Indonesia akan terjadi bonus demografi, dimana pertumbuhan penduduk didominasi oleh usia produktif (muda). Hal menjadi potensi besar bagi negeri ini, namun sayangnya hal itu terancam oleh maraknya perilaku amoral dan narkoba di kalangan kaum muda.
“Kerusakan moral itu (narkoba, prostitusi dan lainnya), telah mengancam bonus demografi, sehinggga menyebabkan kesempatan bagi anak muda yang seharusnya produktif, hilang,” kata dia.
Menurut dia, adanya bonus demografi ini seharusnya dimanfaatkan oleh anak muda untuk lebih produktif. Terutama dalam membangun negeri ini kedepannya.
Ketua KAMMI Daerah Kota Palu, Rahman dalam sambutannya, mengajak pemerintah untuk bersinergi membangun kota Palu. Salah satunya adalah dengan bersama menangkal peredaran narkoba di kota ini.
“Narkoba sampai hari ini terus menjamur, sehingga harus menjadi renungan kita bersama mengapa seperti ini,” kata dia.
Sementara Wakil Walikota Palu, Sigit Purnomo Said menyampaikan, pemuda tidak seharusnya selalu berdiskusi, hanya di warung kopi, di markas atau sekretariatannya saja. Tidak cukup hanya membicarakan, namun bertindak di lapangan.
“Ayo pemuda keluar barak, keluar markas, keluar dari sana, mari kita sama-sama selesaikan permasalahan itu dilapangan,” imbuhnya.
Diketahui, saat ini sudah dimulai dan diperkirakan bonus demografi akan mencapai puncaknya pada rentang tahun 2025-2030. Era bonus demografi ditandai dengan dominasi jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) atas jumlah penduduk tidak produktif yang bisa dilihat dari angka rasio ketergantungan yang rendah. (NANANG)