PALU – Di tengah cuaca panas yang mulai terasa menjelang kemarau, Kalibamba House hadir sebagai ruang hijau yang sejuk dan penuh warna di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Di tempat ini, puluhan kupu-kupu beterbangan bebas menyambut pengunjung, menghadirkan suasana alami yang langka di tengah kota.
Kalibamba, yang berarti “kupu-kupu” dalam bahasa Kaili, bukan sekadar rumah konservasi, melainkan juga ekosistem hidup yang dirawat dengan penuh cinta. Di balik inisiatif ini, ada sosok Nur Herjayanti, pegiat lingkungan yang sejak 2020 membangun komunitas konservasi kupu-kupu berbasis masyarakat.
“Kupu-kupu bukan hanya makhluk yang indah, tetapi juga berperan penting dalam ekosistem sebagai polinator dan bioindikator lingkungan,” ujar Nur.
Ia menyebut, kehadiran kupu-kupu dalam jumlah banyak menandakan bahwa suatu lingkungan masih sehat dan mendukung kehidupan makhluk hidup lainnya.
Sulawesi Tengah sendiri tercatat memiliki 383 spesies kupu-kupu, di antaranya 101 bersifat endemik, termasuk Ixias paluensis, jenis kupu-kupu khas Lembah Palu.
Dengan rentang sayap 50–60 cm, kupu-kupu ini dikenal dari corak hitam, putih, dan kuning yang menghiasi sayapnya. Ia hidup di wilayah hutan kering di bagian timur Lembah Palu, pada ketinggian antara 50 hingga 600 meter di atas permukaan laut.
Kalibamba House menanam berbagai tanaman inang dan penghasil nektar seperti capparis sepiaria, zinnia, pagoda, tembelekan, dan bunga asoka. Tanaman-tanaman ini membentuk rantai kehidupan penting bagi kupu-kupu, mulai dari tempat bertelur hingga sumber makanan.
Tak hanya konservasi, Kalibamba House kini aktif mengedukasi warga sekitar tentang pentingnya keberagaman hayati. Melalui program penangkaran dan pelatihan, mereka mendorong masyarakat agar turut berperan dalam menjaga kelestarian kupu-kupu sebagai bagian dari kekayaan alam Palu.
“Ini bukan hanya soal kupu-kupu, tapi tentang bagaimana kita menjaga harmoni antara manusia dan alam,” tutur Nur.
Dengan upaya yang konsisten, Kalibamba House kini menjadi percontohan bagaimana ruang kecil di tengah kota bisa menjadi pusat konservasi, edukasi, dan sumber inspirasi dalam menjaga lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Reporter : Mun
Editor : Yamin