PALU – Memasuki musim penghujan pada awal Januari tahun 2020 ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulteng mengimbau warga untuk mewaspadai 80 titik ancaman bencana banjir dan longsor, khususnya di wilayah Kabupaten Sigi.

“Kita mengimbau masyarakat yang tinggal di bantaran sungai atau dekat dengan pegunungan untuk waspada,” ujar Kepala BPBD Sulteng, Bhartolomeus Tandigala, Senin (13/01).

Menurut Bartho, titik banjir dan longsor di Kabupaten Sigi itu bertambah, setelah dipicu oleh terjadinya gempa dengan kekuatan magnitudo 7,4 magnitudo yang mengguncang Sulawesi Tengah pada 2018 lalu.

“Gempa tahun lalu yang membuat tanah bergeser,” katanya.

Ia menambahkan, untuk memperkuat mitigasi bencana terhadap warga, BPBD Sulteng juga akan turun langsung ke masyarakat untuk memberikan pemahaman bahaya bencana yang terjadi.

Ia mengklaim, sepanjang tahun 2019 lalu, pihaknya berhasil menurunkan angka korban jiwa selama terjadinya tanah longsor serta banjir bandang di wilayah kerjanya.

“Pada tahun 2019 itu sangat menurun, berbeda ketika tahun-tahun sebelumnya. Bahkan 10 tahun yang lalu, jumlah korban jiwa itu biasanya lebih banyak. Nah saat ini banyak masyarakat kita sudah tahu langkah-langkah mitigasi apa yang seharusnya dilakukan bila terjadi musibah semacam itu,” katanya.

Di hari yang sama, pihak BPBD Kabupaten Sigi, juga meminta warganya tetap waspada karena cuaca ekstrem masih mengancam wilayah itu.

“Wilayah Sigi masih berpotensi besar diguyur hujan dengan intensitas tinggi sehingga perlu diwaspadai,” kata Asrul, Kepala BPBD Kabupaten Sigi.

Ia mengatakan, hingga kini dan ke depan berdasarkan informasi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem masih membayangi sejumlah wilayah di Sulteng, termasuk di Sigi.

Karena itu, warga yang bermukim di daerah aliran sungai dan juga perbukitan untuk tetap meningkatkan kewaspadaan akan kemungkinan terjadi bencana alam.

Sementara itu, Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara SIS Aljufri Palu, menyatakan, Provinsi Sulteng berpotensi kuat dilanda cuaca buruk berupa angin kencang, hujan deras disertai petir, air laut pasang dalam beberapa waktu ke depan.

“Untuk Sulteng, hal itu karena adanya pola tekanan rendah di atas Kalimantan yang berdekatan dengan Pulau Sulawesi termasuk Sulteng,” ucap Koordinator dan Analisa Data Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Aljufri Palu, Affan Nugraha di Palu, Senin.

Affan menjelaskan pola tekanan rendah di atas pulau Kalimantan yang dekat dengan Sulawesi, berpengaruh terhadap potensi cuaca di Sulteng, utamanya cuaca buruk.

“Cuaca buruk ini meliputi hujan deras dan petir, puting beliung, angin kencang dan kenaikan tinggi air laut atau pasang,” kata dia.

Pola tekanan rendah di atas Kalimantan berpotensi menarik masa udara basah masuk ke dalam wilayah Sulawesi. Pola tekanan rendah yang menghasilkan masa udara basah, didominasi dari Samudera Pasifik sebagai sumber utama udara basah.

“Udara basah atau uap air ini menjadi sumber utama pembentukan awan hujan, kemudian membentuk awan konventif, salah satunya awan kombolonimbus,” katanya.

Hujan deras dan petir berasal dari awan kombolonimbus. Sementara untuk angin kencang dan air laut pasang dari kombolonimbus dan pola tekanan udara.

“Nah, semua ini berpotensi terjadi di Sulawesi dan Sulawesi Tengah,” katanya. (FALDI)