PALU- Tim Bantuan Medis Arteria Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat (Unisa), Palu, saat ini tengah berjibaku memberikan bantuan medis pada korban banjir bandang, tanah longsor, di Kabupaten Lembata, wilayah paling parah di Nusa Tenggara Timur (NTT).
TbM Arteria fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat merupakan organisasi kegawatdaruratan medis. Mereka sudah terlatih di berbagai medan bencana. Musibah gempa di Sulawesi Barat beberapa waktu lalu, mereka tercatat sebagai tim medis pertama dari Sulawesi Tengah yang berhasil masuk ke lokasi bencana.
Sebelumnya, Tim Bantuan Medis Arteria dilepas oleh Rektor Universitas yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Keuangan, Marjun Pakaya bersama Dekan Fakultas Kedokteran Unisa, dr. H. A. Mukramin Amran dan Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan, drg. Lutfiah Sahabuddin.
TbM Arteria disupport oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Palu, PDUI Cabang Sulteng, IDI cabang Palu, PABI Cabang Sulawesi Tengah, PERDATIN Cabang Sulawesi Tengah, IKA Fakultas Kedokteran Unisa, Klinik Agung Palu dan PATABA For Humanity.
Mengusung tema “Dari Sulawesi Tengah Peduli bencana Nusa Tenggara Timur” dengan personil enam orang dokter, dr. Muhammad Zulfikar Tjatjo, Spesialis Bedah, dr. Muhammad Reza, dokter spesialis anastesi, dua dokter umum yakni dr. Ardiansyah dan dr. Muhammad Shadiq serta dua dokter muda yakni Muhammad Fadhel dan Irvan Nahwi Rasul.
dr. Zulfikar yang dihubungi dari Palu menyebutkan, mereka melakukan penanganan kegawat daruratan lokasi bencana, serta membawa bantuan berupa sandang pangan yang dititipkan melalui Arteria Care Humanity TBM Arteria.
Lokasi tujuan tim bantuan medis adalah pulau Lembata, salah satu titik terparah di NTT. Untuk tiba cepat di lokasi, kata dr Zulfikar, mereka menggunakan kapal cepat dengan estimasi dua jam penyebrangan.
Setibanya di sana, tim medis melakukan skrining pasien sekaligus pemeriksaan.
Jika membutuhkan pengobatan lebih lanjut akan ditransport ke Rumah Sakit Umum Daerah Lewoleba.
Sebelumnya, tim telah berkordinasi dengan dr. Bernard, kepala RSUD Lewoleba yang berada di Lembata. Seperti diketahui, pulau Lembata salah satu titik terpara selain Adonara.
Setelah berkordinasi di RSUD Lewoleba, lanjut dr. Zulfikar, mereka melanjutkan koordinasi ke posko induk yang diterima langsung oleh Sekretaris Daerah kabupaten Lembata. Selanjutnya melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan. Tim kemudian diarahkan ke posko Angkatan Laut. Mereka diterima dengan hangat oleh Kapten Marinir Yusuf.
Dari sana mereka kemudian melaksanakan scrining atau asesment ke sejumlah titik pengusian, diantaranya posko pengungsi di BKSDM, posko Lewoleba Timur, posko Santo Paulus dan posko Madrasah Tsanawiyah.
“Dari hasil assement yang kami lakukan, ada beberapa keluhan pasien, selain mengalami luka ringan, mereka sangat membutuhkan kebutuhan pokok seperti selimut, lauk pauk dan lain sebagainya,” kata dr Zulfikar.
Hari kedua di NTT kata dr. Zulfikar, tim medis Universitas Alkhairaat melakukan pelayanan kesehatan kecamatan Ile ape desa Tadonara, desa terdampak paling parah. Untuk tiba di lokasi, mereka menempuh perjalanan darat, dengan perjalanan cukup ekstrim, karena harus melewati lereng gunung serta tidak ada sinyal yang menyulitkan tim berkomunikasi dengan pihak Rumah Sakit.
Di desa ini jumlah pengungsi mencapai 150 Kepala Keluarga, dengan total 400 jiwa. Sebagian pengungsi ini berasal dari desa tetangga, yakni Desa Jontona yang memilih mengungsi ke desa Tadonara.
Reporter: Iwan Laki/Editor: Nanang