Salah satu tradisi khas dari warga di Indonesia, hampir di seluruh wilayah, menghabiskan waktu di tempat-tempat khusus sambil menunggu waktu berbuka. Atau lebih dikenal dengan istilah ngabuburit.

Tak terkecuali masyarakat Kota Palu. Beberapa spot menjadi andalan, bagi warga Kota Palu, menjelang adzan Magrib mulai dari muda hingga tua, yang masih “sendiri” maupun yang berkeluarga. Inilah spot-spot itu:

Kampung Nelayan

Di tempat ini bila sore hari di sepanjang batu pemecah ombak ditata pasca tsunami 28 September 2018 terlihat warga duduk-duduk sedang menikmati deburan serta desiran ombak air laut dan perahu-perahu nelayan berlayar mencari ikan.

Dari tempat inipula kita bisa menikmati sunset, tak jarang warga sesekali mengabadikan momen sunset atau laut sebagai latar untuk berswafoto bersama keluarga atau teman. Disini juga terdapat patung seekor buaya putih, kadang juga dijadikan tempat berswafoto bagi anak-anak. Patung buaya putih ini dibangun oleh Dinas Pariwisata Kota Palu sebagai penanda bagi warga untuk berhati-hati bahwa dikawasan tersebut banyak terdapat buaya.

Warga lomba merpati balap di areal penggaraman di Kampung Nelayan. Sabtu (25/3). Foto : IKRAM

Di sekitar kawasan ini tepatnya dekat penggaraman juga terdapat warga sedang berlomba merpati balap. Mereka datang dari berbagai penjuru Kota Palu dengan membawa burung-burung merpati balapnya ditempatkan dalam sangkar khusus.

Lokasi untuk lomba merpati balap ini memang sangat lapang tidak terdapat pohon-pohon atau rumput-rumput tinggi hingga sangat baik dijadikan lokasi lomba. Joki merpati balap mengeplak-ngeplak merpati balap betina sambil berteriak-teriak agar merpati balap jantan mendekat menambah suasana riuh.

Patung Kuda

Spot ini paling ramai dikunjungi warga bila sore hari, sebab sangat dekat mudah dijangkau. Hampir di sepanjang kawasan ini berdiri lapak-lapak warga menawarkan aneka menu makanan dan minuman mulai dari jagung bakar, pisang gepe, saraba dan lainnya.

Patung Kuda Pantai Talise. (Foto: MAL/IKRAM)

Di tempat ini warga juga bisa menikmati desiran ombak dan sunset atau duduk-duduk berleha-leha di lapak-lapak warga dengan menikmati suguhan aneka makanan dan minuman dipesan.

Masjid Terapung

Spot masjid terapung juga masih menjadi tempat favorit warga menghabiskan waktu. Masjid terapung ini bukan hanya sekadar tempat santai , tapi sebagai memorial warga Kota Palu dahsyatnya tsunami 28 September 2018.

Ngabuburit Masjid Terapung di Kelurahan Lere, Kota Palu. Senin (27/3). Foto : MAL/IKRAM

Spot masjid terapung ini paling banyak dijadikan warga sebagai latar berswafoto , sebab memiliki makna tersendiri. Bila singgah ditempat ini dengan sendirinya kembali mengalir cerita-cerita dan kenangan pahit dahsyat tsunami Kota Palu mengoyak dan mengiris pilu hati banyak nya korban jiwa akibat peristiwa alam gempa tersebut.

Huntap Duyu

Spot ini bisa dibilang masih baru sekitar dua tahun pasca gempa 2018 dibangun hunian tetap (Huntap) dan ruang terbuka hijau berada di kaki gunung Gawalise.

Berada diketinggian ini maka warga datang berkunjung bisa mengabadikan dengan berswafoto latar pegunungan atau pemukiman warga Kota Palu atau lautan membentang.

Taman di area Huntap Duyu. FOTO: MAL/IKRAM

Sayangnya ruang terbuka hijau dibangun lokasi ini sudah banyak mengalami kerusakan mulai dari lampu-lampu taman yang pecah, tanaman pohon yang ditanam banyak mati , belum lagi tempat toilet umum sangat jorok dengan bau amis dan pesing , sebab tidak ada air mengalir. Belum lagi sampah-sampah bekas minuman air mineral dan bungkusan makanan ringan berserakan dimana-mana semkin tidak elok.

Ayo silahkan pilih tempat ngabuburit, tapi ingat jaga kebersihan lingkungan jangan meninggalkan sampah.(IKRAM)