Informasi Jalan Bersejarah di Kota Tua Donggala Masih Kurang

oleh -
Salah satu lokasi bersejarah di Kawasan Kota Tua Donggala. (FOTO: media.alkhairaat.id/Jamrin AB)

DONGGALA – Bangunan berarsitektur kolonial Belanda yang dimiliki Kota Tua Donggala menjadi daya tarik yang harus dikelola secara khusus.

Bangunan tersebut merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk wisata sejarah dan budaya.

Hal ini disampaikan Presiden AGSI (Asosiasi Guru Sejarah Indonesia), Sumardiansyah Perdana Kusuma, saat berkunjung ke kawasan Kota Tua Donggala, belum lama ini.

Ia menyarankan pada jajaran pengurus AGSI Provinsi Sulawesi Tengah, agar proaktif melakukan kegiatan di Kota Donggala.

“Adanya bangunan-bangunan tua yang bernilai sejarah di kota tua itu bisa dimanfaatkan dengan melibatkan para siswa untuk melakukan kegiatan. Sifatnya edukasi dengan memperkenalkan latar belakang sejarah suatu bangunan sekaligus membuat papan nama yang berisi narasi suatu benda bernilai sejarah,” kata Sumardiansyah.

Ia mencontohkan puing-puing Bisokop Muara yang ada di tepi Sungai Donggala.

“Meskipun bangunannya sudah runtuh, tapi pasti memiliki cerita atau sejarah yang menarik diketahui,” katanya.

Menurutnya, di depan bangunan tua itu sebaiknya dipasang papan informasi singkat tentang bioskop itu.

“Demikian halnya jalan yang ada di Kota Tua Donggala, sebaiknya dipasangkan papan nama berisi narasi, agar penduduk yang datang dari luar mendapat informasi terhadap kota ini,” tuturnya.

Terutama, kata dia, jalan-jalan yang terkait latar belakang sejarah kota seperti Jalan Mutiara, Jalan Nuburi, Jalan Giliraja dan Jalan Moro.

Sebab, kata dia, jalan tersebut berkaitan dengan peristiwa sejarah pergolakan Permesta (Perjuangan Alam Semesta) di Kota Donggala.

Nama-nama jalan tersebut merupakan nama kapal dagang atau kargo yang karam di kawasan pelabuhan Donggala akibat dibom pasukan Permesta tahun 1958.

Oleh masyarakat, peristiwa tersebut diabadikan sebagai nama jalan untuk jadi memori kolektif bagi penduduk dari masa ke masa.

“Nah kelihatan jalan-jalan yang bernilai sejarah itu jangankan memiliki narasi, papan namanya saja tidak ada lagi. Ini perlu menjadi perhatian bagi pengurus AGSI agar pemerintah daerah kemudian ikut peduli,” kata Sumardiansyah.

Berkaitan dengan pelestarian warisan budaya kota tersebut, Direktur Donggala Heritage, Zulkifly Pagessa, sejak awal telah mendorong peran pemerintah daerah untuk melakukan program pelestarian, terutama menyiapkan tempat kunjungan yang lebih baik bagi siswa yang melakukan lawatan sejarah.

Reporter : Jamrin AB/Editor : Rifay