OLEH: Sofyan Thaha Bachmid*

Suara azan Magrib satu Ramadhan telah kita dengarkan tadi sebagai pertanda untuk berbuka puasa. Saya yakin sebagian dari kita, di satu ramadhan ini sibuk mempersiapkan dan atau mengatur menu berbuka masing-masing keluarga, sementara sebagian lain larut dalam bacaan qur’an dan kesibukan lain yang di luar bulan penuh rahmat ini tidak rutin dilakukannya.

Mengatur menu berbuka puasa merupakan tantangan bagi para ibu rumah tangga, betapa tidak, selera anggota keluarga pastilah beragam dan biasanya ada anggota keluarga yang sering ngotot agar kesukaannya menjadi menu utama dalam berbuka.

Jika sebelumnya saya menulis bagaimana puasa mengajarkan pengendalian, maka hari ini, saya mencoba menguraikan tentang bagaimana mengatur yang dihubungkan dengan niat.

Mengatur merupakan akar kata manajemen. Dalam bahasa asing disebut “management”. Kata ini berasal dari akar kata to manage yang artinya mengatur. Secara umum pengertian manajemen dapat kita sebut sebagai ilmu, proses atau seni dalam memanfaatkan sumberdaya untuk mencapai tujuan tertentu, baik itu tujuan individu maupun kelompok. Sedangkan niat merupakan amalan hati, sehingga hanya Allah swt., dan pribadi masing-masing yang mengetahuinya.

Imam Nawawi mengatakan bahwa niat adalah “bermaksud untuk melakukan sesuatu dan bertekad bulat untuk mengerjakannya,” sementara memenej adalah tindakan untuk memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana yang diniatkan.

Niat yang sugguh-sungguh mendorong kita untuk mengatur segala hal, sehingga kita dapat meujudkannya. Misalnya, puasa menjadi enteng dijalani karena didasari oleh niat. Oleh karena itu Allah menilai perbuatan manusia berdasarkan niatnya.

Salah satu hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari – Muslim menjelaskan bahwa “Sesungguhnya amal-amal itu bergantung kepada niatnya. Dan setiap orang memperoleh sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nnya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nnya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikejarnya atau wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia (niatkan) hijrah kepada nya.”

Olehnya, dalam Islam, niat berfungsi sebagai pembeda amalan. Niat membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya atau membedakan antara ibadah dengan kebiasaan. Niat juga membedakan tujuan seseorang dalam beribadah.

Selain itu, niat menjadi pondasi yang kuat. Bisa dirasakan, diluar bulan Ramadhan. Pada siang hari, bila terlambat makan, maka tubuh akan langsung bereaksi lapar luar biasa, bahkan bisa jatuh sakit. Anehnya, pada saat berpuasa, hal seperti itu tidak terjadi.

Pertanyaanya mengapa demikian? Jawabnya karena kekuatan niat. Ketika malam hari kita berniat berpuasa, maka faal fisiologis tubuh kita menangkap itu sebagai perintah bersiap diri dan dengan niat itu, pikiran dan seluruh anggota tubuh segera melakukan penyesuaian.

Dalam ilmu Manajemen juga terjadi seperti itu. Ketika suatu organisasi menetapkan sasaran atau rencana secara eksplisit kepada semua orang dan semua orang sudah komitmen untuk melakukannya, maka seluruh organisasi beserta perangkat sistem dan prosedurnya pun akan menyesuaikan. Ini akan memudahkan tercapainya sasaran, karena hambatan-hambatan prosedural akan semakin kecil.

Awalilah segala perbuatan kita dengan niat yang benar dan tulus sehingga kita bisa mengaturnya dengan baik dan benar.

*Penulis adalah Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulawesi Tengah/Dosen IAIN Palu