PALU – Head to head pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Hidayat Lamakarate-Bhartolomeulus Tandigala versus Rusdi Mastura-Ma’mun Amir, dinilai sebagai pertarungan the dream team (tim impian).

Dari kacamata Pengamat Politik Universitas Tadulako (Untad), Dr Irwan Waris, hasil dari pertarungan birokrat versus politisi itu tidaklah begitu mencolok.

“Hasilnya tipis-tipis saja. Artinya, karena ini adalah pertaruangan putra terbaik daerah ini yang secara politik sudah bisa kita lihat telah mewakili region (wilayah) masing-masing,” ungkapnya kepada MAL Online, Rabu (09/09).

Bahkan, kata dia, pertarungan tersebut nantinya akan terjadi semacam power sharing (berbagi kekuatan) di tiap pasangan. Cudi-Ma’mun yang sudah jelas pembagiannya secara kewilayahan. Sedangkan Hidayat-Bartho secara elektabilatas dapat mengimbangi penilaian variabel tersebut karena tak lepas dari jejak Hidayat yang pernah menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Banggai Laut (Balut).

Dari analisanya, Cudi merupakan salah satu politisi berpengalaman karena kesuksesannya memimpin Kota Palu dua periode. Bahkan, sosoknya dipandang satu dari sedikit wali kota yang berhasil di Indonesia.

Sedangkan pasangannya, Ma’mun Amir yang berdarah bangsawan, tentu mewarisi jiwa kepemimpinan seorang raja yang sangat dihormati di Banggai.

“Mix atau campuran pasangan ini, Cudi yang pikirannya terkadang jauh meloncat ke depan, memiliki jejaring nasional bahkan internasional yang bagus, lalu Ma’mun yang lebih cool, lebih mau mendengarkan sehingga pasangan ini bisa saling melengkapi,” kata Dosen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Untad itu.

Sementara itu, Hidayat Lamakarate, menurutnya adalah birokrat tulen yang dapat disebut sebagai the rising start (bintang baru). Sebab dalam perjalanan kariernya di usia 50 tahun, ia telah duduk sebagai sekertaris provinsi yang mana seluruh ASN bercita-cita ada di posisi tersebut.

“Sebagai birokrat, sosok Hidayat dipastikan memiliki segudang pengalaman pemerintahan yang bagus. Reputasi itu ia buktikan selama beberapa kali mendapat kepercayaan, di antaranya Plt Bupati Balut maupun Wali Kota Palu,” bebernya.

Sedang pasangannya, Bartho, birokrat mumpuni yang merintis karier ASN dari bawah. Kala menjadi Kadis PU, ia mampu mengelola berbagai pembangunan infrastruktur dengan baik. Demikian halnya saat berada di posisi Kepala BPBD Provinsi Sulawesi Tengah.

“Dan rakyat seantero Sulawesi Tengah ini merekam hal tersebut dari Hidayat. Berbagai perpindahan di bidang pemerintahan memberikan Bartho pengalaman yang banyak sehingga tentu pasangan ini juga bisa saling melengkapi,” hematnya.

Di sisi lain, ia pun membaca situasi politik di Sulteng saat ini yang kurang antusias publik, sebab seluruh instrumen yang ada sangat terfokus pada penyelesaian Covid-19.

“Karenanya, tensi antar kedua pendukung paslon ini hanya akan berada dalam level meriang dan tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya kira masyarakat juga mendengarkan, tetapi biasa-biasa saja, tidak lalu menyebabkan naiknya tensi politik. Mungkin akan sedikit naik ketika memasuki kampanye dan itu wajar dalam setiap kontestasi Pemilu. Ibarat kata, suhu tubuh, hanya meriang tidak sampai demam tinggi,” katanya.

Sebagai mana Pilkada, dalam anggapan masyarakat bentuk kontestasi politik ini adalah pesta demokrasi sehingga tidak akan menghasilkan gesekan yang tidak diharapkan.

Reporter : Faldi
Editor : Rifay