OLEH : Zulkifly Pagessa*
راية العز رفرفي في سمآء
Berkibarlah bendera kemuliaan di angkasa
أرضها وجبالها خضرآء
Daratan dan gunung-gunungnya hijau
إن يوم طلوعها يوم فخر
Sungguh hari kebangkitannya adalah hari kebanggaan
عظمته الأبآء والأبنآء
Orang-orang tua dan anak-anak memuliakannya
كل عام يكون لليوم ذكرى
Tiap tahun hari itu menjadi peringatan
يظهر الشكر فيها والثنآء
Muncul rasa syukur dan pujian-pujian padaNya
Sepenggal syair yang berjudul Kemerdekaan tersebut ditulis oleh Sayyid Idrus bin Salim Aljufri atau yang dikenal dengan Guru Tua.
Ketokohan beliau telah dikenal luas oleh semua lapisan masyarakat muslim di Sulawesi Tengah dan Kawasan Timur Indonesia melalui syiar Islam yang beliau lakukan.
Sejak paruh awal tahun 1930, Guru Tua mendirikan Perguruan Islam Alkhairaat sebagai bagian dari dakwah, syiar dan pendidikan Islam serta perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, terutama dalam mencerdaskan umat.
Dalam catatan pada laman Pengurus Besar Alkhairaat (https://alkhairaat.sch.id/), dalam kurun waktu 93 tahun sejak Perguruan Islam Alkhairaat didirikan pada tahun 1930, telah berdiri 1.550 madrasah dan 36 Pondok Pesantren Alkhairaat yang tersebar di 13 provinsi di Indonesia.
Tahun 2023 kali ini, Haul Guru Tua telah memasuki tahun ke-55 pelaksananaannya yang dirayakan oleh puluhan ribu Abnaulkhairaat, Muhibbin, Ulama dan Muslimin dari 13 provinsi di Indonesia. Momentum Haul Guru Tua ini adalah peristiwa religius penting yang memiliki potensi strategis untuk berkembang menjadi ruang tumbuh bagi Pemajuan Pendidikan Islam di Kawasan Timur Indonesia dan sekaligus menjadi lokomotif ekonomi baru bagi Umat Islam di Kota Palu apabila terkelola dan termanfaatkan dengan baik.
Sejak pelaksanaan Haul Guru Tua Raodhah Festival 2022 yang lalu, fokus dari pelaksanaan event kembali pada cita-cita awal dari Sayyid Idrus bin Salim Aljufri atau Guru Tua yaitu memajukan Pendidikan Islam dan meningkatkan ekonomi umat Islam dengan membangun potensi pariwisata dan budaya religi di Kota Palu.
Jalan SIS Aljufri yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Palu bersama Pengurus Besar Alkhairaat Pusat Palu sebagai Kawasan Religi sudah sepatutnya diiringi dengan beragam program dan kegiatan bernuansa Islami yang berkesinambungan dan bukannya sekedar membangun infrastruktur dan fasilitas fisik semata.
Seperti syair berjudul Kemerdekaan yang ditulis oleh Guru Tua diatas, Pendidikan Islam yang modern dan merdeka serta kedaulatan ekonomi umat Islam di Kota Palu sudah sepatutnya pula menjadi fokus utama dari Pengurus Besar Alkhairaat dan Pemerintah Kota Palu yang bekerjasama dalam perhelatan Haul Guru Tua Raodhah Festival ini. Kepariwisataan menjadi trigger untuk melanjutkan cita-cita besar Guru Tua tersebut.
Visi besar yang ingin dibangun oleh Pengurus Besar Alkhairaat bersama Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Palu dalam pelaksanaan Haul Guru Tua Raodhah Festival untuk “Menjadi event Kebudayaan Islam dan Pariwisata Religi terbaik di Provinsi Sulawesi Tengah dan Kawasan Timur Indonesia” bukanlah sekedar jargon semata.
Keinginan besar mewujudkan misi dari perhelatan event ini untuk Memajukan Pendidikan dan Kebudayaan Islam di Kota Palu dan Sulawesi Tengah dan Memberikan pengalaman edukatif religius serta menyajikan kultur dan lingkungan Islami yang tidak terlupakan bagi pengunjung festival, juga mulai menampakkan wujudnya.
Keberadaan dari 1.550 Madrasah dan 36 Pondok Pesantren Alkhairaat yang tersebar di 13 Provinsi di Indonesia bukanlah sekedar data, tetapi gambaran kongkrit dari potensi besar yang dimiliki oleh Alkhairaat dalam memajukan Pendidikan Islam dan ekonomi ummat Islam di masa depan.
Dalam seminar yang digelar pada pelaksanaan Haul Guru Tua Raodhah Festival di tahun 2022 yang lalu, telah mengemuka gagasan Digitalisasi Pendidikan Islam.
Gagasan ini memang bukanlah hal baru, namun menjadi lapisan baru dari sejarah Pendidikan Islam yang dirintis oleh Guru Tua. Bukanlah sekedar utopia, jika dimasa depan Perguruan Islam Alkhairaat akan menjadi sentrum teknologi dan pusat peradaban Islam baru di Kawasan Timur Indonesia.
Gagasan-gagasan seperti inilah yang menjadikan bahwa event Haul Guru Tua Raodhah Festival “berbeda” dengan event-event pariwisata yang umumnya digelar diberbagai wilayah di Sulawesi Tengah dan wilayah lainnya.
Diferensiasi yang dibangun dalam event ini juga menghadirkan “wajah baru” bagi konsep event pariwisata, dimana peristiwa religius bertemu dengan perhelatan festival tanpa sedikitpun mengurangi nilai-nilai religiusitas dari Haul Guru Tua itu sendiri.
Hal ini tentu memerlukan kurasi dan konsep event yang benar-benar terencana dengan baik, yang tentunya telah melewati diskusi yang panjang dan co-management yang baik.
Kawasan Religi Jalan SIS Aljufri adalah ikon penting di wilayah Kota Palu yang menjadi bagian dari sejarah Kota Palu. Di awal tahun 70-an hingga 90-an kawasan ini telah berkembang menjadi ruang urban penting.
Penanda-penanda ruang urban seperti Bioskop Fujiyama dan Lapangan Persipal serta Pertokoan Gadjah Mada yang menjadi bagian dari kawasan ini, ditahun-tahun itu pernah mengalami masa-masa kejayaannya.
Jajaran toko-toko kelontong, jubelan penonton bioskop, pertandingan sepak bola dan mobil-mobil sedan yang menjadi taksi antar jemput penumpang ke Kota Donggala menjadi pemandangan rutin saat itu.
Kompleksitas urban, heterogenitas kultur dan melting pot bagi para komuter yang menjadi ciri dari kawasan tersebut, kini telah jauh berubah.
Cukup lama kawasan ini kehilangan magnetnya. Pencanangan Kawasan Religi SIS Aljufri seakan mencipta magnet baru bagi kawasan ini, namun belum terkelola secara maksimal.
Tantangan ke depan dari Haul Guru Tua Raodhah Festival adalah mengembalikan magnet bagi kawasan ini serta memberikan induksi positif bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Semoga.
*Pemerhati budaya dan sejarah (Direktur Donggala Heritage)