PALU – Puluhan mahasiswa tergabung dalam Lingkar Studi-Aksi dan Demokrasi (LS- ADI) Provinsi Sulawesi tengah (Sulteng) melakukan aksi unjuk rasa di sekitaran Bundaran Tugu Nol Kilometer, Jalan Hasanudin, Kota Palu, Selasa (6/9).
Mereka menuntut turunkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan Presiden Jokowi.
“Penghianat Rakyat! Satu kalimat yang pantas dilayangkan kepada Presiden Jokowi bersama kroni-kroninya, ” teriak Koordinator Lapangan LS-ADI Asriadi R Sunuh saat melakukan orasi.
Ia mengatakan, kalimat tersebut merupakan ungkapan amarah rakyat, sebab sebelumnya dari berbagai kalangan telah berteriak, meminta pemerintah untuk membatalkan wacana kenaikan harga BBM.
“Semua teriakan saat ini telah terkonversi menjadi jeritan. Jeritan itu tidak hanya didengar, tetapi kami juga ikut merasakan langsung dahsyatnya dampak dari kenaikan harga BBM ini yang disusul dengan berbagai kenaikan harga-harga sektor lainnya, terutama kebutuhan pokok yang saat ini masih sulit untuk dipenuhi oleh jutaan rakyat miskin Indonesia,” ujarnya.
Sehingga kata dia, sudah pasti kenaikan harga BBM ini yang berimbas pada kenaikan harga-harga sektor lainnya akan memperparah garis kemiskinan.
“Pemerintah seakan tak bernurani, mengorbankan rakyat kecil dengan menaikkan harga BBM khususnya BBM bersubsidi,” teriaknya.
Menurutnya, masih banyak opsi-opsi lainnya yang bisa menaikkan pendapatan negara tanpa harus mengorbankan rakyatnya, khususnya rakyat kecil.
“Negeri ini membutuhkan pemimpin yang jujur dan berkompeten mengurus negara. Negeri ini akan hancur jika pemimpinnya suka mengingkari janjinya, ” kesalnya.
Presiden Jokowi menurutnya, bak kacang lupa kulitnya. Lupa dari mana dia lahir, lupa terhadap kesejahteraan yang menjadi janji besarnya ketika meminta dukungan rakyat. Sudah berkali-kali Presiden Jokowi menghianati rakyatnya.
“Sebagaimana ambang batas kemiskinan Indonesia yang terus memuncak, maka begitu juga amarah rakyat yang ikut melampaui ambang batas akibat kebijakkan pemerintah yang terus-menerus menindas rakyatnya,” pungkasnya.
Reporter: IKRAM
Editor: NANANG