PALU – Logo Muktamar Besar XI Alkhairaat telah disetujui dan diluncurkan oleh Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, Habib Ali bin Muhammad Aljufri, Ahad lalu di aula Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu.
Peluncuran logo yang sarat makna tersebut menandakan bahwa persiapan muktamar terus berjalan dan dimatangkan demi suksesnya perhelatan akbar lima tahunan tersebut.
Menurut Habib Abdurrahman Abdillah bin Muhammad Aljufri, Muktamar menjadi forum musyawarah tertinggi yang berisi laporan pertanggung jawaban kepengurusan masa khidmat periode sebelumnya. Selain itu memilih kepengurusan baru dan yang paling penting adalah evaluasi dan penyusunan program kerja ke depan.
Ia mengatakan, di usianya yang tidak muda lagi, Alkhairaat sangat berpengalaman menghadapi berbagai masalah di tengah ummat. Sebab, kata dia, Alkhairaat memang sangat berwarna, bahkan semua warna ada di dalamnya.
“Semua itu menjadi santapan setiap saat bagi Alkhairaat. Namun, kemurnian dan ketulusannya terus terjaga hingga kini dan Insya Allah hingga akhir zaman. Karakteristik dan kemurnian yang menjaga Alkhairaat terus sehingga tidak akan tembus oleh trik dan manuver oknum tertentu penyebar fitnah,” kata putra mantan Ketua Umum PB Alkhairaat, Habib Abdillah bin Muhammad Aljufri itu.
Lebih lanjut ia mengatakan, hampir di setiap kesempatan ceramah maupun sambutan, Ketua Umum PB Alkhairaat, selalu menitikberatkan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Hal ini harus dipahami oleh abnaulkhairaat, khususnya Pemuda Alkhairaat dan Banaat sebagai garis depan misi Alkhairaat, bahwa hal tersebut adalah gerakan menghidupkan atau mengaktifkan secara masif MDA hingga ke pelosok pedesaan.
“Berjalannya MDA Alkhairaat bukan hanya memberikan pendidikan keagamaan dan pembentukan karakter, namun lebih dari itu akan mampu menangkal bibit radikalisme. Pemerintah sangat perlu mendengar dan melihat peran Alkhairaat dalam membangun karakter bangsa yang berakhlak serta jiwa nasionalisme yang terpupuk sejak usia dini. Kita tidak hanya memikirkan isi kepala namun lebih dari itu membangun jiwanya,” tegasnya.
Kata dia, penyusunan kurikulum sekolah dasar harus memberi ruang agar MDA mendapat porsi khusus. Alkhairaat, kata dia, siap menjadi narasumber dan merasionalkan bahwa kurikulum dan pembawaan Alkhairaat mampu menjawab berbagai masalah radikalisme dan pemerosotan akhlak.
“Akhirnya, mari kita jadikan momentum Muktamar ini sebagai gerakan mengaktifkan MDA. Kalau ditanya siapa yang dekat dengan Guru Tua, mereka adalah ustadz dan ustadzah yang mengajar dengan keikhlasan hingga pelosok desa-desa terpencil. Bukan mereka yg mengaku-aku atau meminta diakui,” katanya.
Menurutnya, lompatan Alkhairaat telah jauh ke depan sehingga tidak akan menghabiskan energinya untuk hal yang “remeh temeh”.
“Fokus Alkhairaat adalah pendidikan berkarakter, dakwah dengan santun, merawat kebhinekaan, toleransi, persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI,” tandasnya. ***