“Abu Kasim sudah sampai di Jawa, potong cerita, masih panjang ceritanya ini. Dia temui bapaknya, bapaknya bilang, ‘oh, so dia itu anak’, karena cincin di jari kanannya. Begitu bertemu, Abu Kasim menyampaikan keinginan pemangku adat dan masyarakat. Bapaknya bilang, ‘begini saja, ngana masih kecil. Ngana pulang saja, ngana bawa ngana pe kaka pe oleh-oleh ini (emas untuk Putri Bokan). Tapi jangan lupa ngana singgah di Ternate, di Galela. Di sana ambe ngana pe kaka, kasih tahu ngana pe kaka, Maulana Prince Mandapar, saya punya pesananan, dialah yang ke Banggai, dia jadi Raja di sana, ngana masih anak-anak’,” ujar Om Mat yang makin seru bertutur.

Bupati, wakil bupati, perwakilan kemenparekraf, perwakilan Gubernur Sulteng, Bupati Bangkep, perangkat adat dan lainnya berfoto usai prosesi penerimaan telur Maleo. (Foto: Iker)

Saat Maulana Prince Mandapar memerintah ada istilah Jogugu, Mayor Ngopa, Kapitan Laut dan Hukum Tua di kerajaan Banggai. Keempat nama itu setara menteri jika dalam pemerintahan negara. Kapitan laut itu sama dengan panglima Angkatan Laut yang wilayah kerjanya dari Luwuk (Ibu Kota Kabupaten Banggai) hingga Kecamatan Pagimana dan Kecamatan Bunta. Sedangkan Mayor Ngopa atau panglima Angkatan Darat, wilayahnya dari Luwuk sampai ke Batui.

“Hukum tua itu wilayah kerjanya di pulau Peling (Kab. Banggai Kepulauan), kedudukannya di Salakan. Di Banggai, wilayahnya Jogugu, menteri dalam negeri.

Kami mengakhiri sesi bertutur siang itu. Dari masjid di depan rumah Om Mat, suara mengaji sudah terdengar. Om Mat harus bersiap salat Jumat. *)