PALU – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu melaksanakan Seminar Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup tahun 2017, di Aula Kantor BKKBN Kota Palu, Selasa (07/11).

Dalam seminar, DLH menggandeng sejumlah tim penyusun yang terdiri dari Tim Pendamping Pemkot yang diwakili Agus Lamakarate, Taswin Bahar dan Temu Sutrisno.

Kepala DLH Kota Palu, Ramli Usman menuturkan, hasil kajian akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan dan evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah serta kebijakan rencana atau program yang berpotensi menimbulkan dampak atau risiko lingkungan.

“Akan dilakukan pengendalian pemanfaatan ruang serta upaya adaptasi dan mitigasi bencana di wilayah Kelurahan Baru, Kamonji, Siranindi, Ujuna, Besusu Barat dan Nunu yang memiliki daya dukung wilayah pemukiman rendah,” tuturnya.

Selain itu, kata Ramli, kawasan lindung di Kelurahan Pantoloan Boya yang memiliki jasa ekosistem pengaturan dan pendukung biodiversitas yang tinggi sehingga tutupan lahan berupa hutan pada kawasan lindung tersebut harus terus dijaga kelestariannya.

“Ini berguna untuk mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah Kota Palu. Maka itu, perlu dilakuakan kajian lanjutan dan pemetaan wilayah ekoregiondan kajian penetapan daya tampung beban pencemaran air pada sumber air,” paparnya.

Dalam hal ini, pihaknya telah menyusun strategi pengelolaan lingkungan yang meliputi pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan kawasan rawan bencana, pengembangan pemukiman diarahakan pada wilayah kelurahan yang memiliki daya dukung wilayah pemukiman tinggi dan reboisasi, revegetasi atau rehabilitas lahan terbuka atau yang mengalami kerusakan.

Ramli juga menyampaikan strategi lainnya, yakni pengendalian pengawasan dan pembinaan usaha atau kegiatan berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta penegakan hukum, menetapkan peraturan daerah terkait untuk meningkatkan dan mengoptimalkan jasa ekosistem lingkungan, peningkatan sarana dan prasaran lingkungan, pengembangan energy alternatif yang bersumber dari tenaga angin, air, matahari dan sampah.

”Strategi lainnya meliputi berbagai sector seperti pengendalian pergerakaan lalu lintas, mengoptimalkan layanan kesehatan masyarakat, pengelolaan sampah, mendorong pertumbuhan UKM, pengembangan area bermain dan belajar serta wisata di area terbuka, pengoptimalan peran lembaga adat, pengembangan wisata budaya dan religi, memasukan symbol ornamen adat  local pada setiap sarana public, termasuk pengembangan kurikulum berbasis lingkungan yang  mengakomodir aspek budaya,” pungkasnya.

Sementara Tim Penyusun, Agus Lamakarate menuturkan, perhitungan daya dukung kawasan yang ada di Sulteng saat ini masih dilaksanakan di dua daerah, yakni Kota Palu dan Bangkep.

“Kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan daya tampung ini sampai pada level kelurahan. Kita berharap hal ini akan sejalan dengan program Wali Kota Palu ditahun depan yakni kelurahan berbasis IT, sehingga data-data dari kelurahan valid,” ujarnya.

Agus menuturkan, dalam konsep wisata, pengunjung bukanlah tolak ukur utama dalam menata suatu kawasan wisata. Namun konsep ini masih berlaku di Indonesia.

“Ada kawasan wisata di luar negeri yang banyak dikunjungi namun pengelola membatasi pengunjung yang masuk dengan alasan bahwa didalamnya terdapat sepotong surge. Ini yang menjadi daya tarik luar biasa. Untuk mempertahankan sepotong surga itu, mereka menerapkan konsep daya dukung kawasan, sehingga pengunjung yang masuk per hari hanya 100 orang dimaksudkan agar kualitas yang ada dalam kawasan tersebut dapat terpelihara dengan baik,” tutupnya. (HAMID)