Secara sosial kultural, menurut antropolog Universitas Tadulako, Hapri Ika Poigi (58 tahun), meskipun secara etnologi Dampelas tidak dimasukkan pada pengelompokan dalam 12 etnis di Sulawesi Tengah, hanya disebutkan sebagai sub etnis Kaili, tapi komunitas Dampelas mengelompokkan dirinya etnis tersendiri.
Indikatornya, kata Hapri, selain memiliki bahasa sendiri terpisah dari bahasa Kaili, juga memiliki tatanan adat istiadat secara turun temurun. Secara mitologi terdapat cerita asal mula manusia pertama penghuni Tanah Dampelas dipimpin Mahadiya, sosok manusia sakti dengan tujuh pengikut, kelak menyebar ke mana-mana.
Suatu ketika Mahadiya bertarung dengan pelaut ulung (Sawerigading) yang menyerbu daratan dengan kapal menerobos tepi pantai hingga menembus danau. Sejak itulah terbentuk muara danau yang terhubung dengan laut dinamai bamba hano, memiliki panorama alam sangat indah.
Selain itu, di Dampelas terdapat kearifan lokal untuk pengoatan tradisional disebut menembel taba’o, mongancul sa’ayang (upacara tolak bala), mompali hano (upacara keliling danau), nonto’i (upacara akil balik), rate tano (upacara sebelum tanam pada) dan lainnya.
“Karena itu orang Dampelas jelas merupakan kelompok etnis sendiri yang ada sejak lama dengan kekayaan budaya dan seni yang dimiliki,” kata Hapri beberapa waktu lalu.
Kata dosen kelahiran Sabang ini, Dampelas memiliki hubungan sendiri dengan bangsa-bangsa luar sejak beratus-ratus tahun lalu. Di antara buktinya berupa banyaknya temuan benda arkeologi berusia ratusan tahun berupa mangkok, piring, sendok, gelas dan berbagai peralatan rumah tangga buatan China.
Sebagian peninggalan purbakala saat ini disimpan di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Donggala. Sisanya masih banyak yang tersimpan di rumah-rumah penduduk di Desa Talaga. Diperkirakan buatan abad 13 dan 14.
Menurut Irwan Pangeran, salah satu putra Dampelas yang juga pemerhati budaya, sudah saatnya dibangun museum lokal khusus untuk menyimpan tinggalan purbakala yang ada di Dampelas. Meskipun benda-benda tersebut pernah ditempatkan di sebuah bangunan khusus, namun bangunannya sudah rusak karena tua.
Kini, dengan ditetapkan Dampelas jadi lumbung pangan IKN, sama halnya membuka kejayaan. Cuma saja zaman dan peruntukan yang berbeda. Tinggal masyarakat setempat memanfaatkan peluang usaha pertanian, perkebunan dan peternakan dengan mengintegrasikan pengembangan pariwisata Danau Dampelas dengan pesona bamba hano.
Penulis : Jamrin AB
Editor : Rifay