PALU- Pembunuhan warga sipil kembali terjadi, empat warga menjadi korban pembantaian sadis oleh lima Orang Tidak dikenal (OTK), Desa Kalimago, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa (11/05).
Menurut pihak kepolisian, pelaku Pembunuhan itu dilakukan oleh Mujahid Indonesia Timur (MIT).
Kejadian ini memantik reaksi dari kelompok Cipayung Plus Sulteng, menilai pemerintah dalam hal ini TNI/Polri tidak serius dalam menumpas aksi terorisme tejadi di Sulteng.
Untuk itu mereka meminta Kapolda Sulteng sebagai pemegang otoritas keamanan di Sulteng dicopot dari Jabatannya, sebab dinilai gagal dalam memberikan rasa keamanan bagi warganya, khususnya Poso.
Juru bicara PD. KMHDI Sulteng I Made Randya Wijaya, mempertanyakan apa dilakukan aparat keamanan di Poso, sehingga pembantaian kepada masyarakat sipil terus berulang.
“Yang kita tahu sudah ada operasi keamanan, jadi kepercayaan kami saat ini dipertanyakan kepada aparat-aparat berjaga di sana,” kata Made saat konfrensi Pers di Sekretariat Bersama AJI Palu, Rabu, (12/5).
Juru bicara, Komda XI PMKRI Yakobus Paul mengatakan, insiden pembantaian ini membuat luka masyarakat khususnya Poso, sebab kejadian ini terus berulang-ulang.
“Maka perlu dilakukan evaluasi, terhadap TNI/Polri atas operasi dilakukan selama ini,” sebutnya.
Hal sama disampaikan PKC PMII Sulteng M Fadlan, mempertanyakan keseriusan TNI/Polri dalam penanganan terorisme di Poso, ketika satu orang telah ditangkap/terbunuh, akan muncul bibit-bibit baru.
“Hal ini perlu dikaji kembali bagaimana penyelesaian sampai ke akar-akarnya, agar tidak ada teroris-teroris baru muncul, ” katanya.
Juru bicara IMM Alvian K meminta agar aparat keamanan lebih fokus menangani terorisme di Sulteng. Dan mengajak tokoh Agama, Pemuda dan budayawan untuk mengambil statemen tegas dan mengeluarkan maklumat agar masyarakat tidak terprovokasi atas peristiwa tersebut.
Ketua DPD GMNI Wardiyanto mengatakan, munculnya pentolan-pentolan baru dalam kelompok MIT, salah satunya disebabkan semakin kurangnya sosialisasi tentang wawasan kewarganegaraan bagi kalangan-kalangan dalam dunia pendidikan.
“Untuk itu perlu sosialisasi atau mempertajam wawasan kewarganegaraan dalam dunia pendidikan dan seluruh lapisan masyarakat,” katanya.
Sementara, PC HikmahBudi Palu Charoline Ferandji mengajak agar masyarakat bijak dalam menggunakan media sosial, sebab paska pembantaian ada banyak foto-foto korban berseliweran di media sosial.
“Tentunya hal ini menguntungkan pelaku teror, tujuannya sudah tercapai untuk membuat teror dan ketakutan dalam masyarakat, ” pungkasnya.
Reporter: Ikram/Editor: Nanang