So dengar kabar, mungkin kurang lebih seminggu lalu, Lapangan Vatulemo ditutup sementara, karena banyak sampah yang menumpuk. Bukan cuma itu, waktu proses pembersihan itu, padat karya yang bakerja badapat ada kotorannya orang. Kayaknya orang nabaya itu, tidak mungkin orang waras. Iya to!?

Memang kalau diliat, pengunjung Vatulemo banyak sekali. Apalagi kalau sore, sampe tengah malam, tidak putus-putus orang datang. Biasanya dorang babeli di street food di dekat lapangan Vatulemo, habis itu dorang makan di lapangan sambil duduk-duduk santai.

Cuma, dasar belum bisa membudayakan kebersihan, habis makan sampahnya tidak dorang buang. Padahal ada banyak titik tong sampah di situ.  So dikase yang indah-indah tapi tidak bisa barawatnya. Bagaimana ini?

Menurut Kaka Ibelo, memang penting untuk ini kota Palu babudayakan kebersihan. Mesti ada kesadaran penuh. Tidak ada gunanya itu Piala Adipura, karena cuma kesenangan sementara, kalau kebersihan tidak membudaya.

Kaka Ibelo mesti ancungi jempol, Pak Wali sudah berusaha bikin taman di mana-mana, dan bakase indah jalan-jalan di kota. Baru dulu ada programnya juga belanja tanpa plastik. Tapi…. Lagi-lagi kita pe masyarakat belum bisa barespon semua itu.

Mesti dengan apa membudayakan kebersihan itu? Kalau saran kaka Ibelo, perlu ada kampanye  kebersihan. Perlu komiu tau, dulu itu Singapura jorok juga sebelum tahun 1960-an, sekarang dorang, jadi Negara terbersih di Asia Tenggara. Di Tahun 1968 Singapura bakase rame kampanye nasional “Keep Singapore Clean Campaign”. Nah, kayaknya kita tidak punya tagline besar untuk kebersihan. Dulu di masa Hidayat ada “Gali, Gasa”, taglinenya gaga tapi belum mampu diserap bae masyarakat.

Kalau sudah dikampanyekan dengan baik, saran lagi, masukan dalam kurikulum muatan lokal. Kurikulumnya tidak cuma basa-basi, yahanu preketek. Mesti terpadu, misalnya, tiap pagi di sekolah, baik itu kepala sekolah, staf dan murid wajib babersihkan lingkungannya, di sini guru tidak cuma baperintah-perintah sambil pegang batang kayu, tapi juga bakase bersih supaya jadi teladan.  Baru, tidak ada hukuman ke murid kalau terlambat mesti babersihkan WC atau bacabut rumput di halaman. Kenapa? Karena teada kaitannya perbuatannya dengan hukumannya, dan itu cuma babentuk pandangan anak kalau kebersihan itu adalah beban, atau hukuman dan harus dihindari.  

Kemudian saran lagi, pemerintah babikin aturan tegas. Bila perlu kayak Singapura, biar babuang ludah dan puntung rokok dapat hukuman. Kaka Ibelo rasa, soada Perda untuk Kebersihan di Palu lalu, tapi  sosialisasinya tidak massif, dan juga mesti ada fasilitas umum yang memadai. Karena tida mungkin kita so mo basadar, tapi susah dicari tong sampahnya.

Kemudian lagi, so boleh bikin sistem pengelolaan sampah yang efisien, termasuk pemisahan sampah organik dan non-organik. Ini juga saran penting, perlu teknologi canggih, seperti sistem pengelolaan limbah modern dan fasilitas daur ulang yang efisien, untuk badukung keberlanjutan dari program kebersihan.

Kemudian lagi, pemimpinnya juga visioner.  Kalau pemimpin percaya, kebersihan adalah kunci batare investasi dan batingkatkan kualitas hidup masyarakat, maka sudah pasti bersih kita pe kota. Ato pemerintah bikin partisipasi masyarakat lewat program kerja bakti, lomba kebersihan, ato penghargaan bagi komunitas atau orang yang berkontribusi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Bila perlu hadiahnya besar dan banyak, kayak hadiah-hadiah jalan santai waktu kampanye dulu itu dan..

Coba bayangkan kalau Palu dikenal daerah terbersih seIndonesia, hamaaaa yakin Kaka Ibelo, daerah ini jadi destinasi wisata di Indonesia terbesar. Jangankan orang pemerintah pusat, artis-artis Indonesia sering betul kemari, tinggal kaget-kaget kita babeli di kios bakudapa dengan Ariel Noah babeli Winston soalnya so mo berenti merokok, atau ada Al, El, Dul ikut di kerumunan orang baliat buaya di Jembatan Valove. Tabe!