PALU- Kabar duka menyelimuti sejawat politisi Partai Persatuan Indonesia (Perindo) sekaligus advokat Sulteng Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI). Kader terbaik mereka Arif Sulaeman, di usianya 49 tahun menutup usia, karena serangan jantung.
Ayah dari tiga orang anak ini meninggal dunia, di Rumah Sakit Umum Sis Aljufri, Kota Palu, Senin (9/1) malam.
Ia mendapat serangan jantung di rumah kediaman mertuanya juga sudah almarhum Muchlis T Abdullah sekaligus menjadi tempat tinggalnya di Kompleks Perumahan Pengawu Permai. Lalu ia dilarikan ke RSU. Sis Aljufri guna mendapat perawatan medis. Namun Allah SWT berkehendak lain, dia mengembuskan nafas sekitar pukul 23.00 WITA.
Sontak kabar duka meninggalnya Sekretaris DPW Perindo Sulteng yang juga Koordinator wilayah Dewan Pimpinan Nasional PERADI pusat ini berseliweran di media sosial Facebook, WhatsApp grup.
Banyak teman, keluarga, rekan sejawat tidak menyangka kepergian almarhum begitu cepat, sebab sebelumnya bertemu atau bertegur sapa baik langsung maupun lewat medsos.
Pria kelahiran Palu, 29 September 1973, suami dari Nurlaela ini dikenal murah senyum, supel, humbel dan dermawan bagi siapa yang mengenal sosoknya.
Jenazah ayah dari Muhammad Abdi Saputra, Muhammad Hafiz Ataya, Azkaira Malaeka ini disemayamkan di rumah duka Kompleks Perumahan Pengawu Permai, Kota Palu, Selasa (10/1).
Sebelum dimakamkan di dekat kompleks Perumahan BTN, jenazahnya disholatkan di Masjid Al- Azhar kompleks BTN Pengawu Permai.
Jenazah Almarhum dilepas oleh Imam Besar Masjid Nur Hasanah Aceh Hamdan Rampadio. Dalam mauizhah hasanahnya mengatakan, tidak terlalu kaget atas kepergian almarhum. Sepekan lalu, dirinya mengadakan pembacaan doa syukuran kepada Arif, atas rencananya berangkat umrah pada Ahad (15/1) mendatang.
“Dan Insya Allah niat almarhum untuk umrah sudah sampai. Ada satu ucapan almarhum mendalam bagi saya. Saya tanya ‘Mas kalau umrah ke Mekah lagi musim dingin, maka di seputar Ka’bah pasti ada es mencair di sana?. Lalu dijawab oleh almarhum , ‘oh iya Om, saya suka di sana. Saya mau meninggal di sana,” katanya mengutip kata almarhum.
Beberapa hari kemudian, itu almarhum memberikan nasihat kepada tiga anaknya. “Abi, kamu jaga kamu punya mama, karena kau paling tua. Hafiz jangan nakal e, karena papa so mau pergi,” ucapnnya meniru perkataan almarhum kepada anak-anaknya.
Memang kata dia, anak-anaknya tahu dia pergi umrah. Tapi kata itu “saya so mau pergi”, adalah kata-kata putus dan punya makna.
Ia mengatakan, 40 hari sebelum seseorang meninggal, nama kita sudah jatuh daun dari Yaumil masyhar jumlahnya sebanyak manusia di dunia ini.
“Maka mulai ada perilaku-perilaku tanpa kita sadari, seolah-olah kita menyampaikan kita akan meninggalkan dunia ini, dan bila ajal sudah datang tidak dapat dimajukan atau dimundurkan,” katanya.
Olehnya ujarnya, ketika seseorang meninggal ada beberapa rahasia Allah ungkap yakni umur, apa penyebab meninggal, dimana tempat meninggal, semua rahasia Allah SWT.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Sulteng Mahfud Masuara , Almarhum telah menyampaikan kepada dirinya, setelah umrah minta petunjuk kepaad Alllah untuk maju sebagai Bacaleg Kota Palu.
Bagi dirinya, almarhum bukan hanya sekadar sekretaris, tapi almarhum mengajak dan mengambil satu unit rumah di komplek Pengawu dan membayarkan uang mukannya 2010.
Dan ketika dirinya menjabat sebagai Ketua KPU Donggala, almarhum sebagai penasihat hukum dan berjalan cukup baik. Pun Perindo masih ormas 2013 dan menjadi Partai Perindo 2014 almarhum wakil ketua bidang hukum dan HAM.
Dan juga ketika menjadi advokat dan dilantik almarhum semua mengurus. “Saya bersaksi almarhum orang sangat baik, taat beribadah dan dermawan, setiap membeli barang pasti beli dua kemeja, celana, selalu ada jatah untuk saya ,”ucap Mahfud sambil terisak -isak.
Koordinator wilayah PERADI Sulteng Abdurrachman Kasim mengatakan , selama bekerjasama sebagai advokat sejak 2000 dengan almarhum merupakan sosok punya loyalitas tinggi terhadap organisasi maupun kliennya.
“Sosok almarhum orang sangat baik. Meskipun ditegur, marah, tapi almarhum hanya tersenyum dan mengucapkan ‘Maaf pak saya keliru, saya salah’,” akunya.
Selaku ketua koordinator wilayah PERADI Sulteng ini, ia mengimbau para pengacara bila Arif dalam pelaksanaan sebagai pengacara ada hal lain kurang berkenan, mohon dimaafkan.
Reporter: IKRAM
Editor: NANANG