DONGGALA – Seorang anggota Forum Percepatan Pembangunan Kabupaten Donggala, Abdi Losulangi, melontarkan kata-kata tidak pantas kepada wartawan Media Alkahiraat (MAL)/media.alkhairaat.id kontributor Donggala, Rizal.
Perkataan kasar yang dilontarkan oleh Abdi ke wartawan MAL yang akrab dipanggil Bang Jalu itu dengan menyebut kata “ta*l*so” saat berdebat dalam salah satu group WA “Warisan Sejarah Donggala”, Rabu (28/05) lalu. Jika diterjemahkan secara harfiah, kata ini mengandung arti kotoran alat kelamin pria.
Umpatan Abdi ini diduga karena adanya pemberitaan yang dishare Bang Jalu dalam grup WA tersebut, tepatnya berita MAL berjudul “Diisukan Akan Diganti, Ini Sederet Kasus Korupsi yang Diungkap Kajari Donggala”.
“Tiba-tiba Abdi berkomentar, Poles Kase licin.. Mengkilap. Entah apa maksudnya dia komentar begitu,” ujar Jalu, Sabtu (31/5).
Kemudian, Abdi lanjut berkomentar, “kalau mau di liat kerja2x jgn pakai standar ganda.. kasusx Kristian dipaksakan@Bang Jalu….itu fakta.. masa belum ada audit BPK dan BPKP jaksa ambil alih ???? Memang kejaksaan lembaga audit ???,”
“Jaksa tak perlu audit BPK. Penetapan tersangka itu berdasarkan dua alat bukti yang cukup. Komiu punya pikiran yang ganda. Begitu jawaban saya di grup WA itu,” ucap Jalu. “Penegak hukum itu punya kewenangan. Kalau dianggap tidak sesuai ya pra peradilan,” sambungnya.
“Sy tahu semua siapa2 media standar ganda yg kerja sama dengan Pemkab Donggala.. dan saya mau mengusulkan agar diputus kontrakx… jika ada aturan yang membolehkan..,” jawab Abdi.
“Sema Iko, (siapa kau) memutuskan. Otakmu ganda,” jawab Jalu lagi.
“Besok Keta ketemu di dinggala. Sy C Ari kau scr pribadi…,” tulis Abdi.
“Kalau tidak penting jangan ba cari,” jawab Jalu.
“Sy mau cukur jemggotmu. Sy cukur kalau sy ketemuu kau besok,” kata Abdi lagi. “Sy tidak pernah ba ancam orang … Terkecuali apa yg sy bilang pasti sy lakukann,” ucap Abdi lagi.
“Saya tinggal dan berumah di Gunung Bale,” jawab Jalu.
“Makax sy tax dimana ketemux… Apa di gunung bale itu baxk keluarga juga sy… Di kantor bupati atau di mana ??? Di rumahmu kan tidak enak,” ujar Abdi.
“Terus maumu dimana,” timpal Jalu.
“Dimana saja asal bkan di rumahmu ta*l*so,” imbuh Abdi.
Terpisah, ketua Press Room Pemkab Donggala, Ujang Suganda menyangkan hal itu terjadi. Ia menyebut group WA Warisan Sejarah Donggala sudah tidak kondusif.
“Bukan sekedar perdebatan tapi sudah mengarah pada unsur ujaran kebencian, pengancaman terhadap wartawan, dan fitnah terhadap kerja-kerja jurnalistik di Donggala. Argumentasi sudah tidak didasari oleh fakta dan data,” katanya.
“Ternyata masih ada yang belum paham dengan tugas dan fungsi media. Termasuk seperti apa kedudukan media dalam mengawal pemerintahan,” sambung wartawan Radar Palu ini.
Ujang mengatakan, kritik adalah bagian dari kontrol sosial yang diamanatkan UU Pers. Tidak ada istilah main dua kaki, mengawal pembanguan dan memberikan kritik memang sudah menjadi tugas media.
Kritik yang dilakukan oleh media lanjut Ujang, karena adanya kebijakan yang bertentangan dengan aturan. Hal ini tidak boleh dianggap sebagai serangan kepada Pemda. Justeru harus menjadi bahan evaluasi. Karena Yang kami kritik adalah kebijakan, bukan urusan pribadi.
Selain itu, Ujang juga menjelaskan terkait kerja sama media dengan pemda, itu merupakan bentuk ‘simbiosis mutualisme’. Jangan dijadikan dasar untuk mengekang kebebasan pers.
“Yang mau jadi “Bemper” Bupati silahkan. Tapi sebaiknya menanggapi kritik dan perbedaan pendapat itu dengan elegan dan santun. Jangan menggunakan cara-cara premanisme,” pungkasnya. *