Agil, Alumni Untad yang Menjadi Relawan Pendidikan di Perbatasan Indonesia-Timor Leste

oleh -
Agil

Ada banyak alat atau metode montessori yang harus diajarkan, tetapi semua berdasarkan kebutuhan.  Materi Montessori yang sudah diajarkannya diantaranya, manajemen kelas, disiplin positif, tahap perkembangan anak.  

Meski aktivitasnya sehari-hari berangkat ke sekolah bersama guru dan memberi pelatihan, bermain bersama anak-anak adalah kegiatan paling seru baginya yang pernah menjadi tenaga pendidik di SMP IT AL – Fahmi Palu.

“Kepolosan mereka kadang membuat tawa saya tidak terkontrol dan anak-anak kadang bingung apa yang  saya tertawakan. Bermain sama anak-anak di sekolah jadi pengobat penat yang paling ampuh,” ungkap Agil.

Guru-guru PAUD Brithany saat pelatihan alat montessori. FOTO: IST

Pernah suatu hari ketika ia memegang globe, satu anak bertanya, Pak Guru di mana rumah kita? Pernah pula ia mendengar pertanyaan, apa itu manja? Atau kalimat-kalimat ajaib lainnya.

“Pertanyaan, sayang itu bukannya pacar? Kalau ini pertanyaan untuk guru waktu apel pagi. Ada salah satu anak yang dipanggil sayang, salah satu dari mereka bertanya “kenapa di panggil sayang? sayang itu untuk pacar,” tutur Agil.

Terbentuknya kesadaran bahwa tugas pendidikan adalah tugas bersama semua kalangan, bukan hanya tugas guru di sekolah, adalah impian penerima beasiswa Bidikmisi (sekarang KIP) itu terhadap dunia pendidikan ke depan.

Pendidikan bukan hanya tugas pemerintah tapi tugas semua, siapa pun itu. Sehingga Jika semua pihak bekerja sama, akan terbentuk generasi yang berkarakter baik untuk masa depan. Impiannya inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa ia terjun dalam dunia pendidikan.