PALU – Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid didampingi Wakil Wali Kota, dr. Reny A. Lamadjido meresmikan revitalisasi Taman Nasional di depan Gedung Juang, Jalan Hasanudin Kota Palu, Kamis (29/12).
Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Wali Kota Hadi serta pemotongan pita dan pemencetan sirene bersama unsur Forkopimda dan pejabat terkait.
Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, mengatakan, peresmian yang dilakukan ini akan menjadi sejarah Pemerintah Kota Palu bersama pihak Alfamidi yang telah menyelesaikan revitalisasi taman nasional yang sudah cukup lama ditunggu-tunggu masyarakat.
Ia mengatakan, beberapa waktu setelah dirinya dilantik menjadi Wali Kota Palu, ia mengundang pihak Alfamidi dan menyampaikan keinginannya terkait desain revitalisasi Taman Nasional yang baru.
“Memang sangat berat bagi Alfamidi, apalagi ketemu dengan Wali Kota Palu yang sangat cerewet. Sampai akhirnya pimpinan Alfamidi dari Jakarta mendatangi saya, dan menyampaikan semoga usulan saya bisa diterima. Alhamdulillah Alfamidi menerima itu dan kita melakukan perbaikan. Padahal waktu itu taman ini sudah sekitar 90 persen,” ujar Hadianto.
Mewakili masyarakat Kota Palu, Wali Kota menyampaikan terima kasih atas program CSR dari pihak Alfamidi dalam pembiayaan revitalisasi taman nasional.
Ia menjelaskan ada beberapa hal alasan dirinya merevitalisasi Taman Nasional dengan konsep yang ada, di mana sesuai pesan “Jas Merah” Bung Karno. Taman Nasional merupakan taman yang mendeklarasikan Kota Palu masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar 6 dekade yang lalu.
“Ini menunjukkan bahwa Taman Nasional ini merupakan taman yang memiliki sejarah khusus bahwa di taman inilah diproklamasikannya Kota Palu masuk dalam NKRI. Sehingga diharapkan konsep taman ini adalah taman yang inklusif, integratif, dan kontekstual,” jelasnya.
Ia mengatakan dari lingkungan yang dapat dilihat bahwa Taman Nasional menyiapkan ruang yang sangat terbuka bagi masyarakat, tidak mengenal usia, semua bisa memanfaatkan taman ini dalam segala aktivitas.
Di taman itu ini juga diletakkan beberapa catatan sejarah yang ditempelkan di dinding-dinding taman yang dapat dilihat oleh masyarakat.
Wali Kota menjelaskan filosofi properti yang ada di taman tersebut yang terdiri dari kolam air melingkar dan di tengahnya berdiri sebuah tugu berbentuk lingkaran spiral.
Kolam air melingkar, katanya, bermakna kesejukan, di mana Palu adalah kota yang panas namun dengan kesejukan hati dari masyarakatnya maka akan menyejukkan.
Kemudian makna lingkaran spiral pertama menggambarkan sebuah putaran yang memiliki arti sebagai putaran waktu yang terus bergerak dan tidak pernah bertemu dengan awal geraknya.
“Putaran waktu itu menunjukkan bahwa taman ini merupakan perwujudan bagaimana Palu di awalnya sampai dengan Palu di masa yang akan datang. Palu akan terus berputar dengan semua situasi dan kondisi dinamikanya,” jelasnya.
Selain itu, sculpture atau patung lingkaran yang diartikan sebagai gambaran sebuah gelombang, di mana masyarakat Kota Palu adalah masyarakat yang kuat terhadap begitu banyak cobaan seperti di tahun bencana di tahun 2018 silam.
Terakhir, pihaknya telah menyiapkan dudukan tugu yang akan diletakkan patung Burung Garuda yang diharapkan pihak Alfamidi bisa mengalokasikan kembali CSR-nya.
Patung Burung Garuda diletakkan di bagian belakang lingkaran spiral, dimaksudkan agar ketika masyarakat memandang dari Gedung Juang maka akan nampak Burung Garuda berada di tengah lingkaran spiral tersebut.
“Burung Garuda merupakan lambang negara kita yang memiliki makna persatuan dan kesatuan. Maka ketika kita melihat dari Gedung Juang, posisi Burung Garuda berada di tengah sculpture yang mengartikan bahwa kesatuan dan persatuan kita di Kota Palu terbungkus dengan baik serta terbingkai dengan satu kesatuan yang baik,” tandasnya.
Reporter : Hamid
Editor : Rifay