PALU – Sejumlah alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menyayangkan beredarnya spanduk penolakan terhadap Anies Baswedan yang akan menghadiri Musyawarah Nasional (Munas) XI Korps Alumni Mahasiswa Islam (KAHMI) di Kota Palu.

Spanduk bertuliskan “TOLAK ANIES DI MUNAS KAHMI. JANGAN JADIKAN KAHMI KOMODITI POLITIK ANIES” itu terpasang di sejumlah titik, termasuk di lokasi utama kegiatan Munas, di Sriti Convention Hall, Palu Barat.

Selain di sekitar Sriti, juga terdapat beberapa spanduk yang sama dipasang depan kampus UIN Jalan Diponegoro, di sekitar Hotel Swissbel sebagai lokasi Munas Forhati, di pagar Masjid Agung Darussalam dan di sekitaran Jalan Asam.

Salah satu alumni HMI, Mahmuddin, menilai, apa yang dilakukan orang tidak bertanggung jawab merupakan upaya untuk mendiskreditkan Anies Baswedan sebagai salah satu alumni terbaik HMI dan tokoh yang mereka hargai.

“Tanggal 24 sampai 28 November, KAHMI akan menyelenggarakan musyawarah nasional, pestanya alumni HMI. Pada saat yang sama, Bang Anies sebagai salah satu alumni terbaik HMI, menyempatkan hadir. Itu merupakan kesyukuran bagi kami,” kata Ketua Umum HMI Cabang Palu periode 2015-2017 itu.

Ia mengatakan, terlepas dari statusnya yang akan dicalonkan sebagai Presiden, namun kehadiran Anies sebagai salah satu alumni HMI adalah sesuatu yang wajar.

“Itu haknya sebagai alumni, bahkan menjadi salah satu alumni terbaik sehingga kedatangannya adalah kesyukuran bagi kami alumni dan kader-kader HMI, bahkan masyarakat Sulteng secara umum,” ungkapnya.

Pihaknya menduga, perbuatan tersebut bukan dilakukan oleh kalangan KAHMI. Sebab, kata dia, KAHMI sendiri justru sangat bangga dan bahagia dengan kehadiran seorang alumni terbaik seperti Anies.

“Diapun hadir sebagaimana alumni yang lain. Tidak ada tempat atau panggung khusus untuk dia. Jadi intinya, munas ini steril dari urusan-urusan di luar KAHMI,” tegasnya.

Ia juga menceritakan kronologi ditemukannya spanduk-spanduk tersebut. Sekitar pukul 02.00 Wita dinihari, kata dia, sempat ada yang melihat sebuah mobil pick up putih berhenti di depan Sriti, namun tidak dicurigai.

“Nanti paginya baru dilihat beredar di WA foto-foto spanduk itu. Kami langsung turun dan mencopot,” katanya.

Di saat yang bersamaan, lanjut dia, ada juga bendera-bendera yang hilang. Namun hal itu dimaklumi. Kemungkinan, kata dia, hal itu adalah bagian dari kerinduan alumni dari berbagai daerah yang sengaja ingin mengambilnya.

“Karena memang kebiasaan kita kalau datang ke lokasi munas, kadang-kadang kita ambil. Kami anggap ini bukan terkait dengan penyebaran spanduk penolakan Anies,” kata mantan Sekretaris Majelis Daerah KAHMI Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) itu. RIFAY