PALU – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), menyatakan, penggunaan label logo cagar biosfer bagi semua produk UMKM, baik pangan maupun non pangan yang bersumber dari cagar biosfer Lore Lindu sangat penting sebagai nilai tambah dalam pemasaran produk.

“Kami dan beberapa stakeholder terkait seperti Dinas kehutanan, Dinas koperasi UMKM, lembaga lain sedang menggagas penggunaan logo cagar biosfer,” kata Kepala Disperindag Provinsi Sulteng, Richard Arnaldo Djanggola, saat membuka pameran dan promosi produk hasil hutan bukan kayu (Non- Timber Forest Exhibition and Promotion) yang dilaksanakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Relawan Orang dan Alam (ROA) Sulteng, di Taman GOR Palu, Sabtu (20/11) sore.

Ia mengatakan, semua produk UMKM, baik pangan maupun non pangan akan diverifikasi, mana saja yang dapat menggunakan logo cagar biosfer agar lebih dikenal lagi secara meluas, baik nasional maupun internasional.

“Tanpa harus bicara banyak, cukup dengan melihat logonya saja, konsumen sudah mengetahui produk ini bersumber dari cagar biosfer Lore Lindu,” terangnya.

Ia berharap, ajang pameran dan promosi produk hasil hutan bukan kayu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan.

“Sehingga dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah daerah dan stakeholder guna meningkatkan daya saing dan promosi produk Sulteng agar dapat diterima pasar,” katanya.

Dia mengajak kepada generasi muda agar turut berkecimpung dalam mengembangkan potensi hasil hutan bukan kayu sebagai kegiatan usaha yang menguntungkan dan ramah lingkungan, termasuk menggunakan teknologi informasi dalam memperluas cakupan pangsa pasar.

Chief Tecnical Advisor Forest Programme III, Bernd Unger, mengatakan, potensi hasil hutan bukan kayu untuk ekonomi masyarakat sangat besar. Dalam hal ini, pihaknya membantu memfasilitasi masyarakat untuk berhasil, sesuai potensi masing-masing desa.

Ia menambahkan, cagar biosfer Lore Lindu telah mendapatkan penghargaan dunia sejak 1977, sehingga menjadi instrumen UNESCO untuk promosi ekonomi masyarakat.

Ia pun mengajak seluruh lapisan masyarakat dan stakeholder untuk terus mempromosikan keunggulan produk yang bersumber dari cagar biosfer Lore Lindu dalam setiap even. Selain itu juga mengajak masyarakat Sulteng agar membeli hasil produk lokal untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Palu, Setyo Susanto, mengatakan, banyak potensi dari dataran Lore Lindu yang bisa didorong lebih maju

“Kami siap mendukung dalam pengembangan produk dan berkolaborasi bersama ROA,” katanya.

Di tempat yang sama, Direktur ROA Sulteng, Muhammad Subarkah, mengatakan, kegiatan ini melibatkan kelompok usaha tani hutan dan kelompok usaha perempuan yang berada dalam wilayah kawasan Cagar Biosfer Lore Lindu.

Tujuannya, kata dia, sebagai ajang memamerkan, sekaligus mempromosikan serta memasarkan produk-produk hasil hutan bukan kayu dan produk pangan.

Selain itu, kata dia, mempertemukan konsumen dengan produsen sebagai upaya membuka peluang kerja sama bisnis untuk produk-produk hasil hutan bukan kayu dan pangan, serta mendorong peran pemerintah dalam membantu dan mengembangkan produk-produk hasil hutan bukan kayu dan pangan sebagai salah satu industri kreatif potensial bagi daerah Sulawesi Tengah.

Ia mengatakan, produk-produk hasil hutan bukan kayu meneguhkan bahwa pembangunan dapat terus berlangsung seiring dengan upaya-upaya masyarakat global yang menginginkan pembangunan hijau berkelanjutan, sebagai langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

“Olehnya, kebutuhan akan keterlibatan dan dukungan publik yang lebih besar akan mendorong konsumen dan para pembuat kebijakan yang memiliki pengaruh untuk mendukung pemanfaatan produk-produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di masa-masa mendatang,” tuturnya.

Dia menambahkan, seiring dengan perkembangan, sejumlah kelompok usaha tani hutan yang berada di sekitar Cagar Biosfer, dalam beberapa tahun belakang telah dan tengah mengembangkan sumber-sumber penghidupan, di antaranya pemanfaatan dan pengolahan rotan menjadi barang atau produk jadi.

“Pengelolaan pascapanen kopi yang lebih baik dan memproduksi kopi sebagai salah satu sumber pendapatan, pengolahan jasa lingkungan, budidaya madu, anggrek serta produk pangan,” tuturnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, kerja keras kelompok usaha tani hutan bersama fasilitator desa yang memperoleh dukungan dari Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sulawesi Tengah melalui Forest Programme III.

“Kini telah menghasilkan beberapa kontribusi perbaikan terhadap upaya dan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan melalui kegiatan rencana kerja usaha kelompok perhutanan sosial, rehabilitasi, agroforestry serta peningkatan kapasitas bagi kelompok tani hutan, sebagai salah satu koloborasi yang terintergrasi dan saling mendukung menciptakan kesejahteraan masyarakat dan menjaga hutan agar tetap lestari,” tutupnya.

Reporter : Ikram
Editor : Rifay