PALU – Wakil Presiden (Wapres) RI, KH. Ma’ruf Amin menyatakan, wafatnya Ketua Utama Alkhairaat, Habib Sayyid Saggaf bin Muhammad Aljufri adalah musibah besar bagi ummat.

Wapres lalu mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’, yang artinya “Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama“.

Hadits ini mengisyaratkan bahwa wafatnya ulama adalah hilangnya ilmu umat manusia. Semasa ulama hidup, manusia dapat mencari ilmu kepada mereka, memetik hikmah, mengambil keteladanan dan sebagainya.

Sebaliknya, ketika ulama wafat, maka hilanglah semua nikmat itu. Dan hilangnya rujukan ilmu adalah musibah besar bagi ummat.

“Karena beliau (Habib Saggaf) adalah ulama, maka wafatnya beliau adalah musibah yang sangat besar, musibah yang tak terhentikan dan kebocoran yang tidak bisa ditambal,” kata Wapres pada takziah malam ketiga meninggalnya Ketua Utama Alkhairaat, Habib Sayyid Saggaf bin Muhammad Aljufri, Jumat (06/08) malam.

Wapres Ma’ruf Amin turut mengikuti jalannya takziah tersebut. Ia tampil secara virtual melalui aplikasi ZOOM menyampaikan testimoni akan kebaikan-kebaikan Habib Saggaf semasa hidup.

Wapres yang juga mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu mengaku sudah mengenal Habib Saggaf jauh sebelum ia wafat.

Menurutnya, Habib Saggaf adalah seorang yang sangat aktif dalam berdakwah dan dekat dengan masyarakat.

Kata dia, Habib Saggaf juga menjadi rujukan ummat selama menjabat Ketua MUI Sulteng tiga periode.

“Almarhum juga produktif menulis di kolom berbagai media. Doa kita untuk Habibana Sayyid Saggaf bin Muhammad Aljufri semoga amal ibadahnya diterima Allah dan ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya,” tutupnya.

Testimoni juga disampaikan beberapa ulama dan habaib, termasuk penceramah kondang Ustadz Abdul Somad.

Sama dengan Wapres, Ustadz Abdul Somad juga tampil secara virtual membawakan testimoni.

Pada kesempatan itu, ia menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Habib Saggaf, bahkan telah diposting di akun Instagram-nya.

Ia sendiri kagum dengan perguruan Alkhairaat yang telah mencetak orang-orang terbaik.

“Banyak alumni Alkhairaat yang saya temui di berbagai tempat. Dan sekarang, cucu-cucu Habib Idrus masih ada menerangi Indonesia memerangi kejahilan. Mereka ini adalah warna Islam berakidah ahlusunnah wal jamaah bermazhab Imam Syafi’i,” katanya.

Takziah malam ketiga dihadiri ribuan jemaah, sama seperti saat hari pemakaman. Jemaah menyemut di sepanjang Jalan SIS Aljufri beralaskan terpal.

Habib Sayyid Saggaf bin Muhammad Aljufri meninggal dunia di Rumah Sakit SIS Aljufri, sekira pukul 15.30, Selasa.

Ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit tersebut.

Habib Saggaf dimakamkan di kompleks Makam Guru Tua (HS Idrus bin Salim Aljufri) bersebelahan dengan Makam Adiknya Habib Sayyid Abdillah bin Muhammad Aljfuri.

Habib Saggaf adalah cucu dari Pendiri Alkhairaat Habib Idrus bin Salim Aljufri. Lahir pada 17 Agustus 1937 di Pekalongan.

Dalam sejarah Alkhairaat, ia memegang amanah sebagai Ketua Umum PB Alkhairaat pada tahun 1970. Lalu pada pada tahun 1975, Habib Saggaf menjadi Ketua Utama Alkhairaat menggantikan posisi ayahnya, Habib Sayyid Muhammad bin Idrus Aljufri. (RIFAY)