MAMUJU – dr Rifky, salah satu relawan bagian medis Muhammadiyah Disaster Management Center (mdmc) asal Sulawesi Selatan, rela naik sepeda motor dari Belopa, Kabupaten Luwu Sulsel menuju Kota Mamuju Sulawesi Barat, tempat di mana gempa bumi terjadi beberapa waktu lalu.

Dokter yang bertugas di Rumah Sakit Batara Guru, Belopa tersebut bersama relawan MDMC lainnya, naik sepeda motor melalui jalur ekstrim Palopo, Toraja, Mamasa hingga sampai Mamuju.

“Gantian-gantian joki motor. Beberapa kali singgah istirahat dan sempat bermalam di Gedung Dakwah Muhammadiyah Toraja dan paginya berangkat lagi,” kata dr Rifky, ditemui di Posko Medis MDMC Sulbar.

Rifky bersama rekannya Muhtar berangkat dari Belopa, pada Ahad (17/01) sore, lalu melalui Kota Palopo dan malam tiba di Toraja. Hujan yang mengguyur cukup lebat membuat keduanya harus memilih menginap di Toraja.

“Kami menginap di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah (Pusdam) Toraja. Senin pagi sekitar pukul 07.00 lanjutkan perjalanan lagi ke Mamuju,” kata Rifky, yang di kalangan relawan MDMC dikenal dengan sapaan dokter petualang.

Jalur yang dilalui dr Rifky, termasuk ekstrem sebab baru bisa dilewati kendaraan roda dua. Dia memilih melintas jalur tersebut supaya bisa memotong jarak, ketimbang harus melalui jalur ke Kabupaten Wajo, Kabupaten Sidrap, Kabupaten Pinrang, lalu masuk Kabupaten Polewali, Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju.

Pilihan naik motor dan melalui jalur potong yang cukup ekstrem tersebut, memang terbilang nekat. Apalagi selama di perjalanan, dr Rifky mengaku terus diguyur hujan.

Semua itu, kata dia, demi panggilan kemanusiaan untuk bergabung bersama relawan MDMC lainnya terjun ke daerah bencana di Sulawesi Barat.

“Ketika mau berangkat saya minta izin ke atasan, karena saya masih status dokter internship. Saya diberi izin dengan catatan atur waktu dengan teman lainnya untuk mengisi jadwal piket. Saya sampaikan teman untuk tukaran waktu piket. Jadi dari Mamuju ini, langsung ke rumah sakit lagi,” kata alumni Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar ini.

dr Rifky ke Mamuju, juga membawa tiga koper obat-obatan. Dua koper obat dititip kepada rombongan relawan MDMC dari Luwu Timur. Sedangkan satu koper dimuat di motornya.

Menuurtnya, untuk mendapatkan obat-obatan tersebut, dia harus melobi beberapa rekan sejawatnya.

“Alhamdulillah dari hasil lobi itu saya dapat dua koper obat-obatan, juga dapat satu koper lagi dengan cara beli, tapi harganya diskon,” akunya.

Relawan MDMC yang nekat naik motor menuju Mamuju, bukan hanya dr Rifky. Salah satu relawan psikososial, Ustad Amiruddin juga naik motor dari Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan ke Mamuju.

Ustadz yang umurnya lebih 50 tahun tersebut juga harus menempuh perjalanan puluhan jam agar bisa sampai ke Mamuju.

“Ke Mamuju, dr RIfky dan Pak Ustadz Amiruddin pakai biaya mandiri. Saat ini dr Rikfy langsung bergabung dengan relawan medis dari Malang, Yogyakarta, Jakarta dan Padang Sumatera Barat. Mereka untuk sementara ditempatkan di rumah sakit dan Puskesmas, sampai terbentuknya Posyan nanti,” kata Yockie Asmoro, Pendamping dari MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (**)