SETIAP bencana kemanusiaan di Indonesia, sudah seperti tanggungan setiap anak bangsa yang ada di dalam negeri ini. Termasuk bencana alam gempa 6,2 magnitudo yang terjadi Jum’at 15 Januari, dini hari, di Mamuju dan Majene Sulawesi Barat. Sudah menjadi tanggungan kita semua, apalagi warga Sulawesi Tengah sebagai jirannya.

Ketika dulu, gempa, tsunami dan likuifaksi 28 September 2018 di Palu, Sigi dan Donggala, seluruh daerah di Indonesia, baik warga maupun pemerintahnya mengerahkan perhatiannya kepada Sulawesi Tengah. Apatahlagi tetangga sendiri, salah satunya Sulawesi Barat.

Masih ingat kita, kala pikiran kita kacau balau. Trauma mendalam akan disusul gempa yang akan lebih besar, ribuan orang meninggalkan Kota Palu untuk mencari aman. Sekitar 5.000 pengungsi dari Palu dan Donggala transit di posko kemanusiaan tribun lapangan Ahmad Kirang Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat, sebelum melanjutkan perjalanan ke Sulawesi Selatan.

Sesampainya di Sulbar, mereka ditampung dan diberi makanan baik makanan berat sampai makanan ringan; tempat istirahat; dan MCK oleh warga relawan sekitar. Hampir semua desa-desa perlintasan siap menampung dan membantu warga pengungsi Sulteng kala itu.

Apalagi saat penyaluran bantuan logistik dari berbagai daerah. Rata-rata logistik diturunkan di Sulawesi Selatan, karena  bandara di Palu belum pulih. Maka jalur distribusi bantuan logistik kala itu adalah melalui Sulawesi Barat. Maka bisa dibayangkan bagaimana sibuknya pemerintah Sulbar kala itu, membantu, berkoordinasi dan mengawasi seluruh logistik yang masuk.

Bukan cuma jalur penyaluran tentunya, Pemprov Sulbar pernah membantu warga Sulteng, di mana, Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar bersama Bupati Pasangkayu, Agus Ambo Djiwa turun langsung melihat kondisi masyarakat dan menyerahkan bantuan untuk para korban.  Setidaknya pada gelombang bantuan kala itu, berbagai bantuan telah disalurkan mulai dari bantuan darat hingga jalur laut. Untuk jalur darat mendistribusi sebanyak 20 ton beras, sementara jalur laut mendistribusi sekitar 30 ton beras. 

Belum lagi, simpul-simpul warga, organisasi kemasyarakatan, lembaga filantropis asal Sulbar juga telah banyak membantu kita.

Apa yang dirasakan Sulbar pada saat ini, adalah serupa dan tidak beda sama sekali dengan apa yang kita rasakan dulu. Sama-sama ditimpa gempa, sama-sama melihat ambruknya rumah, sama-sama merasakan banyaknya warga yang jadi korban jiwa.  Sama-sama takut dan tidak berani masuk ke dalam rumah lagi, dan mungkin ketakutan itu berminggu-minggu seperti kita dahulu.

Kita tidak bisa mengukur dan membatasi rasa kemanusiaan ini hanya karena getaran gempanya lebih rendah dari getaran di Palu, Sigi, Donggala. Kita tidak boleh membandingkan berapa jumlah korban, atau kerusakan dari kita dahulu dan mereka sekarang. Sebab duka tetaplah duka, duka cita mereka adalah duka cita bersama.

Mari kita bantu mereka. Mari! Kami pun dari Redaksi Media Alkhairaat Online juga menghibahkan diri untuk membantu mereka. Jikalau berkenan kiranya, silahkan salurkan melalu rekening kami,Bank Sulteng Cab. Palu Barat, an. Media Alkhairaat Online, nomor 0080107001192. Konfirmasi pengiriman ke nomor 081354474946 (Arifuddin M Arif). Semoga kepedulian ini bermanfaat. Amin.