DONGGALA – Satu lagi artefak penanda masa awal beridirnya Kota Donggala yang mulai hilang keberadaannya. Artefak berusia dua abad yang dimaksud adalah berupa sumur tua yang terletak di Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala.
Sumur tua itu ternyata telah tertutup rata dengan tanah, sebelum adanya pelestarian sebagaimana yang pernah diusulkan ke pemerintah daerah dalam berbagai forum.
“Kalau demikian satu per satu artefak penanda kota tua pasti hilang mengingat tidak adanya upaya pelestarian. Padahal sumur itu di masa lampau menjadi sumber air tawar bagi pelaut-pelaut nusantara dan kapal Eropa yang singgah berlabuh di Donggala sehingga seharusnya tetap dipertahankan,” kata Direktur Donggala Heritage, Zulkifly Pagessa, Rabu (04/11).
Menurutnya, pemerintah daerah sangat lambat mengambil tindakan. Seiring adanya program kota wisata, kata dia, maka seharusnya dibarengi pelestarian warisan budaya sebagai penanda perkembangan awal kota.
Dalam memori dan catatan Asisten Residen Belanda, lanjut dia, telah menyebutkan adanya sumber air tawar itu bagi kapal yang masuk di Donggala, utamanya orang-orang Bajo yang sejak lama menjadikan permukiman tua di Donggala tempat mengambil air. Itu juga yang menjadi ikhwal penamaan tempat itu dengan sebutan Labuan Bajo.
Posisi sumur tua Donggala terletak di sebuah lorong permukiman di Kelurahan Labuan Bajo yang identitasnya pun dinamai Lorong Sumur Tua.
Berdasarkan penelusuran media ini tentang dokumen inventarisasi peninggalan cagar budaya yang pernah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Donggala, memang tidak tercantum sumur tua. Yang disebutkan justru kuburan tua di Kelurahan Gunung Bale. Itu pun tidak jelas kuburan siapa, mengingat ada banyak kuburan di kawasan tersebut.
Pentingnya sumur tersebut sebagai sumber air tawar bagi pelaut juga telah diungkapkan Dosen Sejarah FKIP Universitas Tadulako, Junarti (2001) dalam tesisnya; Elit dan Konflik Politik di Kerajaan BanawanSulawesi Tengah 1888-1942.
Demikian halnya dengan Zulkifly Pagessa dalam buku “Pelabuhan Donggala Dulu, Kini dan Nanti” (2013).
Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay