PALU – Wali Kota Palu, Hidayat melihat langsung proses pemasangan bagian kepala patung Presiden RI pertama, Ir. Soekarno di Taman Gor Palu Kamis (11/06) sore.

Patung itu sendiri memiliki bangunan dasar setinggi 2 meter yang menandakan tanggal 2. Kemudian tinggi patung secara keseluruhan yakni 10 meter yang menandakan bulan 10 dan struktur dasar bangunannya 5 x 7 meter yang menandakan tahun 1957.

“Ini kira-kira filosofi dan histori kita bangun disini. Soekarno pertama kali menginjakkan kakinya di Kota Palu tanggal 2-10-1957 di Taman Gor yang dulu namanya Lapangan Gor,” katanya.

Menurutnya, Patung Bung Karno ini berasal dari bantuan Bank Sulteng yang bersumber dari anggaran promosi untuk masyarakat Kota Palu, bukan CSR.

Menurut Hidayat, patung yang akan diberi nama “Monumen Mutiara Bangsa” tersebut didirikan atas dasar histori dan filosofi saat Bung Karno menginjakkan kakinya pertama kali di tanah Kaili.

Menurutnya, Bung Karno ke Palu saat itu dalam rangka konsolidasi Perdjuangan Semesta atau Perdjuangan Rakjat Semesta (Permesta)

“Di sini beliau mengadakan rapat umum dengan seluruh elemen masyarakat Kota Palu. Salah satu bagian pidato beliau mengatakan bahwa Palu ini ketika beliau lihat dari udara, bagaikan rangkaian mutiara,” katanya.

Ia sendiri telah mencoba memaknai filosofi kalimat tersebut sejak ia menjabat sebagai Kepala Balitbangda Provinsi Sulawesi Tengah.

Ternyata, lanjut dia, ada dua makna filosofi rangkaian mutiara di Kota Palu, yakni rangkaian kehidupan sosial dan rangkaian alam.

“Masyarakat Kaili ini adalah masyarakat yang sangat tinggi toleransinya. Masyarakat yang sangat tinggi rasa kekeluargaannya dan masyarakat yang sangat tinggi kegotongroyongannya,” ungkapnya.

Itulah, tambahnya, yang coba dikembalikan Pemerintah Kota (Pemkot) Palu dengan cara menerapkan berbagai program, sehingga hampir tidak ada lagi konflik-konflik sosial yang terjadi.

“Insya Allah tidak ada lagi konflik-konflik sosial. Tetapi ingat ancaman-ancaman konflik itu masih terbuka luas. Kita perlu waspada,” pesannya.

Selanjutnya, kata dia, ada rangkaian alam. Di mana Kota Palu memiliki empat dimensi alam yaitu gunung, bukit, teluk, dan sungai yang membelah kota.

“Nah ini semua yang kita coba gali mutiara-mutiara yang ada di empat dimensi tadi. Ada Salena dan hutan kota. Kita coba lakukan rekonstruksi kembali pantai selesai dilanda bencana. Nah, sungai kita sudah buat masterplannya, itu tinggal kita detailkan yang kurang lebih panjangnya sekitar 5 kilometer,” katanya. (HAMID)