PALU – Sebagian kalangan menganggap, tampilnya grup band “Kotak” dalam rangka memeriahkan Sulteng Expo 2017, di halaman Masjid Agung Darussalam Palu, telah mencederai kesakralan masjid.
Kegiatan itu sendiri merupakan rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Sulteng ke-53, yang jatuh setiap tanggal 13 April.
Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, HS Ali bin Muhammad Aljufri menyatakan, konser yang dilakukan grup band beraliran rock itu tidak etis.
Bahkan berdasarkan informasi yang diperolehnya, setelah konser usai, banyak botol minuman keras yang ditemukan di halaman masjid.
Ketua Majelis Ulama (MUI) Sulteng itu menyarankan kepada pemerintah setempat agar menyesuaikan lokasi, sebelum melaksanakan kegiatan.
Sebelumnya, Presidium Forum Umat Islam (FUI) Sulteng, Ustaz Hartono mengaku telah bertemu dengan Asisten Gubernur Sulteng, Hidayat Lamakarate untuk menyampaikan penolakan atas kehadiran Band Kotak itu.
“Pada saat itu, kami sudah menolak kehadiran Band Kotak, karena kita tahu itu akan mengundang banyak maksiat,” ungkap Ustaz Hartono, di kediamannya, kompleks Perumahan Dosen, Kelurahan Tondo, pekan lalu.
Bukan sekadar itu, pihaknya juga sudah menyampaikan penolakan tersebut melalui surat kepada gubernur.
“Tapi tidak tahu kenapa, konser itu tetap saja dilangsungkan. Itu sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki sebuah masjid, bahkan tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan dosa berjamaah,” tekannya.
Lebih lanjut dia mengatakan, penolakan itu tidak lebih dari upaya menjaga nilai-nilai kemasjidan, yang seharunya ditumbuhkembangkan kepada generasi selanjutnya, agar mempunyai rasa cinta dan semangat untuk melangkahkan kaki ke masjid.
“Tapi nyatanya sekarang, malah pemerintah kita yang mencederai nilai-nilai itu, bahkan gubernur berani menyatakan bahwa dia akan bertanggung jawab dunia dan akhiraat. Padahal masih banyak tempat lain, kenapa harus di masjid,” ketusnya.
Di hari yang sama, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) juga tegas menolak konser Band Kotak di halaman Masjid Agung. Mereka menyampaikan penolakan itu melalui unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sulawesi Tengah dan DPRD. Mereka menuntut Longki Djanggola untuk meminta maaf sesegera mungkin kepada umat muslim di Sulteng.
“Kami beri waktu 3×24 jam kepada Bapak Gubernur untuk meminta maaf kepada seluruh umat muslim di Sulteng. Jika tidak, maka HMI siap menghijau hitamkan Kantor Gubernur Sulteng pada Senin nanti,” tutup Ketua Koordinasi HMI Sulteng, Shiddiq Daeng Jatolla. (YUSUF/FALDI)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.