SIGI – Transmigran lokal yang menghuni perumahan di lahan eks PT.Hasparm, sudah empat hari tidak lagi mendapat suplai air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Selama itu, warga yang berada di bawah kontrol Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja hanya mengambil air di salah satu bak penampungan air yang cukup jauh dari perumahan.

Salah satu warga, Asrul, Senin (18/02), mengatakan, sejak menghuni perumahan transmigrasi tersebut pada bulan Januari lalu, hal yang menjadi persoalan adalah air bersih karena bak penampungan air yang baru dibuat oleh pihak terkait juga  rusak.

“Kita tidak bisa berbuat banyak, ingin mandi, minum, dan lainnya, karena air tidak ada sama sekali,” terangnya.

Sampai saat ini, lanjut dia, belum ada informasi dari dinas terkait dalam hal ini Unit Pelaksana Tehnis (UPT) maupun pemerintah kecamatan, terkait persoalan tersebut. Sepertinya, kata Asrul, pihak-pihak tersebut hanya membiarkan warga begitu saja. Sementara dalam aturannya, kata dia, warga transmigrasi mendapat jaminan hidup (jadup) selama satu tahun.

“Ada jadup yang dijanjikan selama satu tahun. Sebenarnya kita juga mau ada petugas dari dinasyang datang melihat kami disini, sehingga apa yang menjadi persoalan di tempat ini gampang dilaporkan,” harapnya.

Warga lainnya, menambahkan, selain kebutuhan air, pihaknya juga meminta perhatian pengadaan aliran listrik. Sampai saat ini, kata dia, pihaknya hanya menggunakan penerangan dengan mengandalkan listrik tenaga surya dengan daya yang sangat terbatas.

“Kalau tenaga surya paling lama dipakai sampai jam 10 malam, sementara warga menginginkan ada aliran listrik agar bisa menarik air dengan menggunakan dap,” ungkapnya.

Diketahui transmigran lokal yang mendiami perumahan di eks HGU PT. Hasparm tersebut merupakan warga yang terkena musibah bencana likuifaksi bulan September lalu. Mereka berasal dari Desa Jono Oge, Sidera dan Lolu.

Ada 50 unit rumah yang disediakan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja. Mereka tinggal dengan cara diundi. (HADY)