DONGGALA – Ratusan pengungsi korban bencana di Desa Dampal, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, menerima bantuan alat-alat kerja untuk usaha produksi minyak kelapa dalam, Selasa (11/12).
Bantuan yang diserahkan itu, di antaranya mesin kombinasi parut dan peras kelapa menjadi santan, kompor gas lengkap, mesin pres plastik, alat penggoreng dan sejumlah alat pendukung lainnya.
Bantuan itu diberikan oleh relawan yang mengatasnamakan Solidaritas Indonesia untuk Sulteng yang dikoordinir oleh Eva Susanti Bande.
Menurut Eva, bantuan itu merupakan salah satu dukungan sosial mereka untuk membangun kembali perekonomian warga yang terdampak bencana.
“Awalnya kami mempelajari potensi yang bisa dikembangkan di daerah ini, lalu diusulkan kepada warga. Setelah disetujui bersama, maka para ibu-ibu membentuk satu kelompok yang secara mandiri diberi nama Kelompok Usaha Lompe Singgani, kemudian kami memberikan bantuan alat usaha produksi kelapa dalam ini,” katanya.
Eva menuturkan, di sejumlah titik pengungsian, dia melihat kepeloporan pengungsi perempuan menyiasati kesulitan hidup yang menghimpit, meskipun dengan alat pendukung dan bahan yang sangat sederhana.
Di beberapa tempat juga, para perempuan terlihat menjual pisang goreng, dodol, kue-kue, abon ikan mujair sampai pada hasil bumi yang dipetik dari kebun-kebun yang tersisa, seperti jambu, mangga, ubi kayu dan sayur-mayur.
“Meski sangat terbatas dan dengan modal yang apa adanya atau sekadar menjual buah dan sayuran dari sisa kebun, tetapi yang terkesan adalah inisiatif kaum perempuan untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga atau mungkin sekadar untuk makan sehari-hari sebagai upaya bertahan hidup. Di antara kaum perempuan ini, ada yang berstatus kepala rumah tangga,” ujarnya.
Wanita yang dikenal sebagai aktivis agraria itu menilai, problem pokok yang dihadapi kaum perempuan dalam menginisiasi usaha-usaha alternatif adalah kelangkaan bahan baku karena jalur transportasi dan distribusi, baik jalan, jembatan juga irigasi. Di sisi lain, rusaknya alat-alat kerja penunjang dan bangunan pasar yang tak layak pakai, juga melengkapi problem masyarakat pada umumnya.
“Pasar yang ada di Ibu Kota Provinsi sudah berfungsi untuk sebagiannya, tetapi sektor transportasi dan distribusi barang belum menunjang,” terangnya.
Menurutnya, memasuki fase pemulihan, harus dimulai dari perbaikan kondisi ekonomi dan kaum perempuan yang sudah menunjukkan insiatifnya saat ini harus mendapat dukungan yang cukup, intens, dan berkelanjutan.
Kata Eva, kelompok usaha tersebut akan dijadikan binaannya dan akan mendapatkan pelatihan manajemen monitoring dan evaluasi, agar setiap kendala yang dihadapi dapat diatasi bersama.
“Pembinaan terus kami lakukan hingga sampai pada pemasaran melalui jaringan yang kita miliki,” tambahnya. (YAMIN)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.