DONGGALA – Wakil Presiden Mahasiswa (Wapresma) Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu, Moh. Abdullah Kholil Bisriy, menilai masih banyak sekolah, baik negeri maupun swasta yang belum mampu menanamkan karakter kepemimpinan, kedisiplinan, dan etika belajar kepada peserta didik.
Padahal, kata dia, pendidikan merupakan persoalan khas manusia. Hanya manusia yang di dalam hidup dan kehidupannya bergantung pada proses pendidikan untuk berkembang dan beradab.
“Melalui pendidikan, manusia menemukan perubahan, perbaikan, dan jalan untuk menjadi makhluk yang bermanfaat bagi sesama,” katanya.
Namun, kata dia, di tengah urgensi pendidikan yang begitu penting, realitas di lapangan masih memperlihatkan banyak persoalan.
Abdullah menyoroti kondisi memprihatinkan yang terjadi di Madrasah Aliyah (MA) Alkhairaat Kabonga Besar, Kabupaten Donggala.
Ia mengaku memiliki kedekatan personal dengan sekolah tersebut karena pernah menempuh pendidikan di sana.
MA Alkhairaat Kabonga Besar dibangun pada tahun 2013 dengan tujuan luhur sesuai cita-cita Guru Tua, Sayyid Idrus bin Salim Aljufri, yakni mencetak insan berakhlakul karimah dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Namun, kata Abdullah, dalam dua tahun terakhir (2024–2025), madrasah itu mengalami penurunan drastis dari segi jumlah siswa, guru, dan tenaga kependidikan.
“Beberapa kali saya meninjau ke sekolah itu, dan sangat miris karena sama sekali tidak ada aktivitas belajar-mengajar. Gerbang sekolah terkunci sejak pagi hingga keesokan harinya,” ungkap Abdullah.
Ia berharap, pihak yayasan Alkhairaat, Kementerian Agama, serta Dinas Pendidikan setempat dapat turun tangan untuk mencari solusi.
“Kalau kepemimpinan di sekolah tidak diperbaiki, saya yakin tujuan pendidikan akan rusak. Ini bukan sekadar masalah administrasi, tapi menyangkut amanat konstitusi dan nilai-nilai Pancasila,” tegas Abdullah.
Ia berharap persoalan di Madrasah Aliyah Alkhairaat Kabonga Besar segera diselesaikan dengan bijaksana dan melahirkan solusi konkret demi keberlanjutan pendidikan di daerah tersebut.
Seorang guru di madrasah tersebut yang enggan disebutkan namanya, membenarkan kondisi itu. Ia mengakui bahwa proses belajar di MA Alkhairaat Kabonga Besar telah lama terganggu karena masalah kepemimpinan di internal sekolah.
Menurutnya, kepala sekolah lama, belum sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab kepada kepala sekolah baru yang telah terpilih sejak 10 April 2025.
Kondisi ini, kata dia, menimbulkan dualisme kepemimpinan di lingkungan sekolah, membuat semangat para guru menurun, dan berdampak langsung pada proses belajar siswa.
“Jumlah murid di sana sekarang hanya 15 orang, tapi yang aktif belajar paling dua atau tiga. Kadang kelas terkunci, guru tidak hadir. Ini karena kepemimpinan di sekolah tidak jelas,” kata guru tersebut.
Lebih jauh, ia juga mengungkapkan bahwa dana BOS dicairkan tapi tidak pernah disampaikan berapa besarannya dan digunakan untuk apa.
“Semua ditangani sendiri oleh kepala sekolah lama,” ujarnya. ***

